“Smooth like butter, like a criminal undercover….”
Penggalan lirik lagu berjudul “Butter” tersebut mungkin tidak asing lagi di telinga kita. Lagu yang dipopulerkan oleh boyband papan atas Korea Selatan bahkan dunia, BTS ini berhasil menyapu bersih tangga lagu di berbagai negara termasuk Billboard Hot 100 serta mencetak rekor sebagai music video yang paling banyak ditonton dalam 24 jam sepanjang sejarah YouTube, yaitu 135 juta.
Tenarnya K-Pop, K-Drama, dan K-Film
Penggemar K-Pop, atau yang biasa disebut Kpopers memiliki jumlah komunitas yang cukup fantastis, mencapai angka 89 juta jiwa di 113 negara 1Hwang, Joanna E. (2019, 2 Juli). K-pop fans are creative, dedicated and social – we should take them seriously. Diambil kembali dari theconversation.com . Salah satu bentuk kecintaan mereka terbukti dari lini masa trending Twitter yang tiada hari tanpa absennya pembahasan mengenai Korea Selatan. Hal ini tak mengherankan, pasalnya jumlah cuitan mengenai K-Pop yang sangat besar selama satu dekade terakhir di Twitter, yaitu mencapai 6,1 miliar cuitan 2Riandi, Ady P. (2020, 2 September). Twitter Ungkap Idol K-Pop yang Paling Banyak Mendapat Mention. Diambil kembali dari kompas.com. Jumlah fans yang begitu melimpah juga menjadi kekuatan bagi artis dan musisi Korea Selatan untuk bisa terkenal secara global. BTS yang disebut memiliki fandom terbesar serta mencetak berbagai rekor penjualan lagu dan album, dinobatkan sebagai Artis Nomor 1 secara Global versi Federasi Internasional Industri Fonografik mengalahkan artis kenamaan lainnya, seperti Taylor Swift dan Drake. Bahkan, BTS berhasil dinobatkan sebagai Presidential Special Envoy for Future Generations and Culture dalam Sidang Umum PBB ke-76 akibat popularitas dan pengaruhnya yang begitu besar bagi generasi muda 3Basbas, F. J. (2021, September 20). BTS appointed as Presidential Special Envoy for Future Generations and Culture, to give speech at 76th UN General Assembly. Bandwagon.Asia..
Industri serial drama dan perfilman juga tak kalah tenarnya. Squid Games, serial asli dari Netflix yang digarap oleh rumah produksi asal Korea Selatan, juga mampu bertengger di posisi ketiga sebagai drama Netflix dengan skor tertinggi mengalahkan Clickbait dan Money Heist 4Azzahra, R. R. (2021, September 20). Squid Game Pecahkan Rekor Drama Korea di Netflix, Kalahkan Sweet Home! suara.com.. Selain itu, terdapat juga Film Parasite yang sempat menggemparkan jagat hiburan dengan keberhasilannya menjadi film non-english pertama dalam sejarah yang berhasil menyabet penghargaan Best Picture dalam ajang bergengsi Piala Oscar ke-92. Film ini juga memborong tiga penghargaan lainnya, yaitu Best Original Screenplay, International Feature Film (Foreign Language Film), serta Best Director 5Arbar, T. F. (2020, February 10). Boyong 4 Piala Oscar, Ini Sederet Prestasi Film “Parasite.” CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20200210122213-33-136616/boyong-4-piala-oscar-ini-sederet-prestasi-film-parasite.
Hallyu? Instrumen Soft Power Korea Selatan
Fenomena gelombang kebudayaan Korea Selatan yang menerjang berbagai negara di dunia diistilahkan dengan sebutan Hallyu. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh media Tiongkok sebagai respon dari kepopuleran drama TV asal Korea Selatan di Tiongkok pada tahun 1999 6Suryani, N. P. E. (2015). Korean Wave Sebagai Instrumen Soft Power Untuk Memperoleh Keuntungan Ekonomi Korea Selatan. Global: Jurnal Politik Internasional, 16(1), 69-83.. Hallyu menjadi salah satu aset Negeri Ginseng yang memiliki efek multiplier dan multidimensional. Salah satu bentuk dari efek yang timbul adalah peningkatan soft power untuk menciptakan keuntungan bagi perekonomian Korea Selatan.
Menurut Joseph S. Nye (1990), soft power merupakan salah satu bentuk spektrum dari cooptive power, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan membentuk apa yang pihak lain inginkan (what others want to do) tanpa adanya paksaan. Kekuatan tersebut didasarkan pada daya tarik sesuatu dan semakin memiliki efek yang signifikan seiring dengan bertambahnya jumlah penikmat serta tingkat fanatismenya. Sebagai bentuk dari soft power, terdapat tiga macam pop culture yang menjadi trisula Hallyu untuk memperkuat eksistensinya, yaitu musik, drama, dan film 7Suryani, N. P. E. (2015). Korean Wave Sebagai Instrumen Soft Power Untuk Memperoleh Keuntungan Ekonomi Korea Selatan. Global: Jurnal Politik Internasional, 16(1), 69-83..
Multiplier Effect Hallyu yang Mengglobal
Dengan eksistensi penggemar K-Pop yang cukup besar dan fanatismenya, penjualan album, konser, dan merchandise yang berbau K-Pop menjadi sangat tinggi. Pada tahun 2019, Korea Music Copyright Association (KOMCA) mengumumkan bahwa penerimaan royalti dari luar negeri yang berasal dari K-Pop sebesar 11,3 miliar won atau setara Rp133,23 miliar, meningkat 140% dari tahun sebelumnya 8Suryahadi, Akhmad. (2019, 05 September). Wow, pendapatan royalti Korea Selatan dari K-Pop di luar negeri melonjak 140%. Diambil kembali dari kontan.co.id. Ekspor program televisi Korea Selatan, seperti drama dan variety show, juga mencetak angka 1,3 miliar USD pada tahun 2019 9Soesmanto, Tommy. (2018, 7 Desember). K- popnomics: Bagaimana Indonesia dan negara lain bisa belajar dari industri musik Korea?. The Conversation. Diakses dari http://theconversation.com/k-popnomics-bagaimana-indonesia-dan-negara-lain-bisa-belajar-dari-industri-musik-korea-107897.. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Korean Culture Center (2019), nilai ekspor culture content secara keseluruhan meningkat dengan signifikan, dari 2,3 miliar USD pada tahun 2008 menjadi 9,6 miliar USD pada tahun 2018.
Hallyu juga memiliki pengaruh yang besar terhadap minat turis asing berkunjung ke Korea Selatan 10Bae, E. S., Chang, M., Park, E. S., & Kim, D. C. (2017). The effect of Hallyu on tourism in Korea. Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity, 3(4), 22.. Sebelum demam Hallyu menggelora, jumlah wisatawan asing di Korea Selatan berjumlah kurang dari 250 ribu. Namun, pada tahun 2019, Korea Selatan berhasil menarik lebih dari 17 juta kunjungan mancanegara 11Ceicdata. 2020. Korea Selatan Kunjungan Wisatawan. Diambil kembali ceicdata.com: https://www.ceicdata.com/id/indicator/korea/visitor-arrivals. Sejak kepopuleran drama televisi Winter Sonata, lokasi syuting drama televisi tersebut—dan juga drama-drama yang lain—mulai dimanfaatkan sebagai lokasi pariwisata Korea Selatan 12Suryani, N. P. E. (2015). Korean Wave Sebagai Instrumen Soft Power Untuk Memperoleh Keuntungan Ekonomi Korea Selatan. Global: Jurnal Politik Internasional, 16(1), 69-83.. Sebanyak 23,4% dari turis asing tersebut berkunjung untuk menikmati pengalaman Hallyu 13Intan, P. (2020, July 17). Turis Datang ke Korea karena K-Pop, Indonesia Mau Tiru? detikTravel. https://travel.detik.com/travel-news/d-5097322/turis-datang-ke-korea-karena-k-pop-indonesia-mau-tiru.
Ruang bagi merek-merek asal Korea Selatan untuk mengampanyekan globalisasi K-Product juga semakin luas. Hal tersebut terjadi lantaran Hallyu sangat berpengaruh terhadap consumer behaviour, terutama konsumen luar negerinya. Terdapat empat faktor berpengaruh, yaitu citra negara, perubahan preferensi, branding image selebriti, dan product placement.
Korean Trade-Investment Promotion Agency pernah melakukan survei bahwa sebelum Winter Sonata menjadi terkenal di Jepang, hanya 9,5% masyarakat Jepang yang memiliki citra baik terhadap Korea Selatan. Namun, pada tahun 2005 setelah drama tersebut mengudara, persepsi tersebut meningkat hingga 77,8%. Hal ini menyebabkan terbentuknya country origin effect yang diasosiasikan dengan efek halo sebagai dampak dari meningkatnya citra negara asal dalam menilai produk yang akan dibeli (Ozsomer dan Cavusgil, 1991; Elliott dan Cameron, 1994). Setelah citranya membaik, permintaan akan produk yang mencerminkan Korea Selatan, seperti Hyundai dan Samsung, turut meningkat.
Korea Foundation for International Culture Exchange (2015) pernah melakukan survei terhadap 6.500 orang asing yang pernah mengakses konten Hallyu. Hasilnya 54,2% dari sampel lebih tertarik untuk mengkonsumsi makanan khas Korea Selatan dan 41% memutuskan untuk membeli barang elektronik dan produk kecantikan merek asli Korea Selatan. Celebrity branding dan product placement menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan penjualan produk. Contoh nyata dari strategi tersebut adalah ketika drama Descendants of The Sun sedang mengalami puncak kejayaan, J.Estina dan Laneige dari Amore Pacific yang menjual perhiasan dan produk perawatan kulit menikmati peningkatan mendadak dalam penjualan dan kenaikan besar dalam harga saham selama masa tayang drama tersebut. Hal ini terjadi lantaran pemeran utamanya, Song Hye Kyo, menjadi brand ambassador dari kedua merek tersebut 14Chang, P., & Lee, H. (2017). The Korean Wave: Determinants and its Impacts on Trade and FDI. School of Economics: Singapore.
Secara agregat, Hallyu meningkatkan kinerja penjualan K-products hingga mencapai 45,6 juta USD pada tahun 2019 15Ully, Yohana A. (2020, 15 Oktober). Bagaimana K-Pop dan K-Drama Pengaruhi Ekonomi Korsel? Diambil kembali dari kompas.com: https://money.kompas.com/read/2020/10/15/074500126/bagaimana-k-pop-dan-k-drama- pengaruhi-ekonomi-korsel-?page=all. Keith Howard, Profesor dari Universitas London memaparkan bahwa setiap investasi 1 USD dalam pengembangan Kpop akan menciptakan keuntungan sebesar 5 USD 16Kirk, Mimi. (2016, 9 Agustus). K-Pop Makes the Scene in Seoul. Diambil kembali dari bloomberg.com: https://www.bloomberg.com/news/articles/2016-08-09/k-pop-korean-pop- music-is-helping-develop-a-neglected-area-of-seoul. Hallyu juga berpengaruh positif terhadap peningkatan FDI—investasi langsung dari luar negeri untuk membangun aset investasi riil, seperti pabrik— Korea Selatan. Untuk setiap kenaikan 1% ekspor TV konten Hallyu, FDI sektor hiburan meningkat sekitar 0,263%. Selain itu, peningkatan 1% ekspor konten Hallyu juga berdampak terhadap meningkatnya investasi di bidang pendidikan dan restoran masing-masing sebesar 0,245% dan 0,203%. Hal ini terjadi lantaran kedua jenis layanan ini menyediakan konsumsi langsung budaya Korea seperti bahasa dan masakan. Selain itu, masih banyak sektor-sektor lain yang mendapat berkah investasi dari eksisnya konten Hallyu di seluruh penjuru dunia, seperti layanan dukungan bisnis, layanan kesehatan, grosir/eceran, dan salon rambut 17Chang, P., & Lee, H. (2017). The Korean Wave: Determinants and its Impacts on Trade and FDI. School of Economics: Singapore.
Developmental State Model Korea Selatan
Bagaimana Korea Selatan mampu untuk menciptakan fenomena budaya yang sangat mengglobal? Salah satu jawabannya adalah model perekonomian developmental state yang dianut oleh negara tersebut. Konsep tersebut muncul untuk menjelaskan pertumbuhan pesat sejumlah negara di Asia Timur (Asian Miracle) pada periode pasca-perang, pertama kali dicetuskan oleh Chalmers Jhonson sebagai respon dari pertumbuhan ekonomi Jepang yang begitu pesat 18Haggard, S. (2018). Developmental States (Elements in the Politics of Development). Cambridge: Cambridge University Press. Korea Selatan sendiri mulai mengalami fenomena Asian Miracle semenjak tahun 1970-an dengan peningkatan PDB per kapita yang begitu pesat. Hal ini membuat Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Singapura terlepas dari zona middle income trap 19Chang, H. J. 2012. 23 things they don’t tell you about capitalism. Bloomsbury Publishing: USA.
Developmental State merupakan salah satu model dari political economy yang menjelaskan bahwa pemerintah memiliki andil yang besar dalam menuntun kegiatan ekonomi serta melaksanakan kebijakan proteksionisme untuk melindungi industri dalam negerinya. Dari definisi tersebut bisa terlihat bahwa alat kebijakan yang digunakan adalah intervensi pada sektor industri serta memproteksi industrinya, terkhusus infant industry dari persaingan global 20Balaam, David dan Brafford Dillman. 2014. Introduction to International Political Economy 6th ed. USA: Pearson.
Sebagai respon dari krisis finansial Asia yang memporak-porandakan perekonomian Korea Selatan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi hingga -7%, Presiden Kim Dae Jung yang menyebut dirinya sebagai “President of Culture” memilih budaya sebagai basis perekonomian industri baru yang akan dikembangkan negaranya. Hal tersebut dilakukan dengan harapan bahwa citra Korea Selatan di mata dunia akan semakin membaik, sehingga menciptakan efek terhadap peningkatan barang-barang asal negara tersebut dan juga menarik minat investor 21The Economist. 2010. “South Korea’s Pop-Cultural Exports: Hallyu, Yeah! A “Korean Wave” Washes Warmly over Asia”. Diambil kembali dari economist.com: https://www.economist.com/asia/2010/01/25/hallyu-yeah. Hal pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah menggelontorkan dana sebesar 148,5 USD juta dan mendirikan 300 departemen kebudayaan di universitas-universitas Korea 22Sendow, Beatrix. 2019. “KOREAN WAVE SEBAGAI INSTRUMEN SOFT POWER DIPLOMASI KEBUDAYAAN KOREAN SELATAN DI INDONESIA”. Skripsi. FISIP, Ilmu Pemerintahan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Keseriusan pemerintah terlihat dari pembentukan Departemen Pop Culture, bagian dari Ministry of Culture, Sports and Tourism, yang berfokus untuk menangani K-Pop, K-Drama, fesyen, dan produk Hallyu lainnya 23Roll, M. (2021, March 19). Korean Wave (Hallyu) – Rise of Korea’s Cultural Economy & Pop Culture. Martinroll.Com. https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/. Bahkan, departemen tersebut merupakan satu-satunya bagian dari pemerintah yang berfokus terhadap hal-hal berkaitan dengan pop culture di seluruh dunia. Pemerintah juga membangun daerah Seoul, Chang-dong menjadi pusat K-Pop. Gedung konser, studio rekaman, galeri seni, restoran, dan toko ritel dibangun di distrik tersebut untuk menopang pertumbuhan K-Pop 24Kirk, Mimi. (2016, 9 Agustus). K-Pop Makes the Scene in Seoul. Diambil kembali dari bloomberg.com: https://www.bloomberg.com/news/articles/2016-08-09/k-pop-korean-pop- music-is-helping-develop-a-neglected-area-of-seoul.
Dana yang dianggarkan pemerintah pun tidak main-main. Ministry of Economy and Finance telah berencana menyisihkan 584,8 juta USD untuk mempromosikan soft power negara di tahun 2021, naik 42,7 % dari anggaran sebelumnya 25Yonhap. (2020, 7 September). Korea to hike 2021 promotional budget for ‘Korean Wave’. Diambil kembali dari koreantimes.co.kr: https://www.koreatimes.co.kr/www/art/2020/09/398_295584.html. Pemerintah Korea juga mensponsori 20—30% dari dana investasi 1 miliar USD yang dialokasikan untuk memelihara dan mengekspor budaya populer. Sisanya berasal dari bank investasi dan perusahaan swasta yang dikelola BUMN Korporasi Investasi Ventura Korea 26Roll, M. (2021, March 19). Korean Wave (Hallyu) – Rise of Korea’s Cultural Economy & Pop Culture. Martinroll.Com. https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/.
Hallyu juga sangat aktif digaungkan Pemerintah Korea di luar negeri. Program sosialisasi mengenai kebudayaan tersebut dilakukan dengan beragam cara, seperti festival budaya dan melakukan kampanye keunikan Korea. Pemerintah juga turut membangun kepanjangan tangan dari pemerintah untuk terus mempromosikan dan menyebarkan Hallyu ke seluruh penjuru dunia. Pada Agustus 2020, Layanan Kebudayaan dan Informasi Korea telah mendirikan 32 pusat kebudayaan Korea di 28 negara di Afrika, Asia-Pasifik, Eropa, dan Amerika untuk mempromosikan Hallyu 27Roll, M. (2021, March 19). Korean Wave (Hallyu) – Rise of Korea’s Cultural Economy & Pop Culture. Martinroll.Com. https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/.
Upaya promosi ke luar negeri juga dilakukan oleh Pemerintah Korea Selatan dengan aktif membantu melakukan negosiasi kepada pihak TV negara lain agar drama-drama asal negaranya dapat masuk dan dikonsumsi oleh masyarakat dari negara tersebut. Upaya semacam itu mengalami kesuksesan di beberapa negara Amerika Selatan dan Timur Tengah, seperti Argentina, Meksiko, Chili, UEA, Iran, dan Irak. Saat ini, negara-negara tersebut telah mulai mengimpor acara TV Korea. Korea Creative Content Agency (KOCCA) bahkan mendistribusikan beberapa serial drama Korea seperti My Name is Kim Samsoon dan Sungkyunkwan Scandal untuk ditayangkan di TV3 GTV, salah satu saluran utama di Ghana 28Chang, P., & Lee, H. (2017). The Korean Wave: Determinants and its Impacts on Trade and FDI. School of Economics: Singapore. Sebagai respon terhadap pandemi yang juga turut menghantam industri musik Korea Selatan, pemerintah berencana untuk membangun tempat penyelenggaraan konser online dengan teknologi yang canggih. Dana sebesar 29 miliar won juga akan dianggarkan pemerintah sebagai bentuk dukungannya kepada penyanyi K-Pop yang akan menyelenggarakan konser secara online 29Yonhap. (2020, 7 September). Korea to hike 2021 promotional budget for ‘Korean Wave’. Diambil kembali dari koreantimes.co.kr: https://www.koreatimes.co.kr/www/art/2020/09/398_295584.html.
Epilog
Pandangan ekonom neo-liberalis bahwa “government is bad, business is good” tidak selamanya tepat. Pemerintah seringkali berhasil memilih pemenang dengan cara yang spektakuler 30Chang, H. J. 2012. 23 things they don’t tell you about capitalism. Bloomsbury Publishing: USA. Pada tahun 1970—1990, Pemerintah Korea Selatan melakukan intervensi terhadap LG untuk membangun industri elektronik dan memaksa Hyundai untuk terjun ke pasar pembuatan kapal sebagai upaya penyelamatan korporasi, hasilnya sukses besar hingga membuat Korea Selatan menjadi salah satu dari Asian Miracles yang dapat lepas dari middle income trap dan bertransformasi menjadi negara maju. Sekali lagi, kesuksesan dari industri kultural Korea Selatan yang menciptakan fenomena Hallyu di seluruh penjuru dunia menjadi bukti nyata bahwa peran pemerintah sangatlah penting untuk membangun industri yang unggul sehingga dapat menggerakan roda perekonomian.
Editor: Nismara Paramayoga, Hafsha Pia Sheridan, Maurizky Febriansyah, Muhamamd Ramadhani
Referensi
↵1 | Hwang, Joanna E. (2019, 2 Juli). K-pop fans are creative, dedicated and social – we should take them seriously. Diambil kembali dari theconversation.com |
---|---|
↵2 | Riandi, Ady P. (2020, 2 September). Twitter Ungkap Idol K-Pop yang Paling Banyak Mendapat Mention. Diambil kembali dari kompas.com |
↵3 | Basbas, F. J. (2021, September 20). BTS appointed as Presidential Special Envoy for Future Generations and Culture, to give speech at 76th UN General Assembly. Bandwagon.Asia. |
↵4 | Azzahra, R. R. (2021, September 20). Squid Game Pecahkan Rekor Drama Korea di Netflix, Kalahkan Sweet Home! suara.com. |
↵5 | Arbar, T. F. (2020, February 10). Boyong 4 Piala Oscar, Ini Sederet Prestasi Film “Parasite.” CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20200210122213-33-136616/boyong-4-piala-oscar-ini-sederet-prestasi-film-parasite |
↵6, ↵7, ↵12 | Suryani, N. P. E. (2015). Korean Wave Sebagai Instrumen Soft Power Untuk Memperoleh Keuntungan Ekonomi Korea Selatan. Global: Jurnal Politik Internasional, 16(1), 69-83. |
↵8 | Suryahadi, Akhmad. (2019, 05 September). Wow, pendapatan royalti Korea Selatan dari K-Pop di luar negeri melonjak 140%. Diambil kembali dari kontan.co.id |
↵9 | Soesmanto, Tommy. (2018, 7 Desember). K- popnomics: Bagaimana Indonesia dan negara lain bisa belajar dari industri musik Korea?. The Conversation. Diakses dari http://theconversation.com/k-popnomics-bagaimana-indonesia-dan-negara-lain-bisa-belajar-dari-industri-musik-korea-107897. |
↵10 | Bae, E. S., Chang, M., Park, E. S., & Kim, D. C. (2017). The effect of Hallyu on tourism in Korea. Journal of Open Innovation: Technology, Market, and Complexity, 3(4), 22. |
↵11 | Ceicdata. 2020. Korea Selatan Kunjungan Wisatawan. Diambil kembali ceicdata.com: https://www.ceicdata.com/id/indicator/korea/visitor-arrivals |
↵13 | Intan, P. (2020, July 17). Turis Datang ke Korea karena K-Pop, Indonesia Mau Tiru? detikTravel. https://travel.detik.com/travel-news/d-5097322/turis-datang-ke-korea-karena-k-pop-indonesia-mau-tiru |
↵14, ↵17, ↵28 | Chang, P., & Lee, H. (2017). The Korean Wave: Determinants and its Impacts on Trade and FDI. School of Economics: Singapore |
↵15 | Ully, Yohana A. (2020, 15 Oktober). Bagaimana K-Pop dan K-Drama Pengaruhi Ekonomi Korsel? Diambil kembali dari kompas.com: https://money.kompas.com/read/2020/10/15/074500126/bagaimana-k-pop-dan-k-drama- pengaruhi-ekonomi-korsel-?page=all |
↵16, ↵24 | Kirk, Mimi. (2016, 9 Agustus). K-Pop Makes the Scene in Seoul. Diambil kembali dari bloomberg.com: https://www.bloomberg.com/news/articles/2016-08-09/k-pop-korean-pop- music-is-helping-develop-a-neglected-area-of-seoul |
↵18 | Haggard, S. (2018). Developmental States (Elements in the Politics of Development). Cambridge: Cambridge University Press |
↵19 | Chang, H. J. 2012. 23 things they don’t tell you about capitalism. Bloomsbury Publishing: USA |
↵20 | Balaam, David dan Brafford Dillman. 2014. Introduction to International Political Economy 6th ed. USA: Pearson |
↵21 | The Economist. 2010. “South Korea’s Pop-Cultural Exports: Hallyu, Yeah! A “Korean Wave” Washes Warmly over Asia”. Diambil kembali dari economist.com: https://www.economist.com/asia/2010/01/25/hallyu-yeah |
↵22 | Sendow, Beatrix. 2019. “KOREAN WAVE SEBAGAI INSTRUMEN SOFT POWER DIPLOMASI KEBUDAYAAN KOREAN SELATAN DI INDONESIA”. Skripsi. FISIP, Ilmu Pemerintahan, Universitas Sam Ratulangi, Manado |
↵23, ↵26, ↵27 | Roll, M. (2021, March 19). Korean Wave (Hallyu) – Rise of Korea’s Cultural Economy & Pop Culture. Martinroll.Com. https://martinroll.com/resources/articles/asia/korean-wave-hallyu-the-rise-of-koreas-cultural-economy-pop-culture/ |
↵25 | Yonhap. (2020, 7 September). Korea to hike 2021 promotional budget for ‘Korean Wave’. Diambil kembali dari koreantimes.co.kr: https://www.koreatimes.co.kr/www/art/2020/09/398_295584.html |
↵29 | Yonhap. (2020, 7 September). Korea to hike 2021 promotional budget for ‘Korean Wave’. Diambil kembali dari koreantimes.co.kr: https://www.koreatimes.co.kr/www/art/2020/09/398_295584.html |
↵30 | Chang, H. J. 2012. 23 things they don’t tell you about capitalism. Bloomsbury Publishing: USA |
Discussion about this post