Sabtu, 24 Agustus 2019, alumni Universitas Indonesia dikejutkan oleh mundurnya Mohammad Rudy Salahuddin alias Rudy Bun (FT 1987) sebagai calon ketua umum Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI). Alhasil, pemilihan ketua umum Iluni UI yang telah memasuki masa pemungutan suara hanya diikuti oleh dua calon, yakni Bambang Brodjonegoro (FEB 1985) dan Andre Rahadian (FH 1997).
Mundurnya Rudy Bun dari pemilihan ketua umum Iluni UI saat pemungutan suara berlangsung menimbulkan prasangka. Kejadian ini menimbulkan kegaduhan di kalangan alumni UI. Bahkan, beredar kabar burung alasan mengapa Rudy mundur dari perlombaan ini.
Badan Otonom Economica berhasil mewawancarai Rudy Bun pada Jumat, 30 Agustus 2019. Rudy menceritakan kronologis pencalonannya, alasan pengunduran dirinya, dan beberapa pandangannya terhadap Iluni UI kepada Economica.
Aklamasi oleh Forum Teknik
Rudy mengaku bahwa pencalonannya sebagai calon ketua umum Iluni UI didasari oleh dorongan sesama alumni Fakultas Teknik. Pengajuan calon ketua umum Iluni UI dari Fakultas Teknik diawali dengan musyawarah dalam Forum Teknik (Fortek) yang beranggotakan ketua Iluni FTUI, ketua Iluni jurusan, dan perwakilan alumni lainnya. Wadah Fortek kemudian memutuskan apakah Fakultas Teknik mengajukan calon atau pun tidak.
Rudy sendiri hanya mengikuti Fortek kedua dari dua Fortek yang membahas pencalonan perwakilan Fakultas Teknik dalam pemilihan ketua umum Iluni UI. Ia sendiri enggan untuk menjadi perwakilan Fakultas Teknik dalam perlombaan. Namun, setelah mengikuti Fortek kedua, Rudy menerima amanah dari Fortek. “Akhirnya, secara aklamasi saya dipilih. Walaupun saya juga mengiyakan dengan berat hati waktu itu,” terang Rudy.
Sebelum akhirnya resmi menjadi calon ketua umum, Rudy sebagai eselon satu Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, meminta izin kepada Darmin Nasution selaku Menteri Koordinator bidang Perekonomian untuk maju sebagai calon ketua umum Iluni UI. Saat itu Darmin tidak memberikan respon negatif, hanya saja menekankan bahwa Rudy harus membuka komunikasi dengan Bambang Brodjonegoro, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia, yang juga ikut dalam perlombaan.
Setelah mendapatkan mandat dari Fortek dan izin dari atasannya, Rudy berhasil mengumpulkan 500 surat dukungan dalam 36 jam sebelum tenggat pendaftaran, melebihi syarat minimum pencalonan, yakni 250 surat dukungan. Hasilnya, Rudy berhasil lolos menjadi calon ketua umum Iluni UI, bersama dengan Bambang dan Andre.
Rudy pun aktif dalam menjalin komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan Iluni UI, terlebih alumni generasi Y (millennials). Hal ini sejalan dengan fokus kampanye Rudy, yakni mendorong sinergi antaralumni dan mengakomodir kepentingan alumni millennials.
Tekanan Pihak Eksternal
Namun, mulusnya pemenuhan syarat pencalonan tidak dibarengi dengan mulusnya perlombaan yang Rudy tempuh. Selama masa kampanye, timbul kabar bahwa Rudy anti-pemerintah, bahkan mendukung gerakan khilafah. “Padahal saya ASN (Aparatur Sipil Negara). Kalau saya tidak loyal kepada negara ya gimana?” bantah Rudy. Kabar tersebut ditanggapinya sebagai angin lalu.
Seiring berjalannya waktu, Rudy pun berkomunikasi dengan Bambang sesuai dengan arahan dari Darmin. Komunikasi dijalin Rudy bukan hanya langsung terhadap Bambang, namun juga terhadap Andre dan difasilitasi oleh Arief Budhy Hardono, Ketua Umum Iluni UI periode 2016-2019. Dalam beberapa kesempatan, Bambang mengutarakan keberatannya dalam penggunaan sistem pemungutan suara elektronik (e-voting) dengan one man one vote di pemilihan ketua umum Iluni UI. Bambang mencetuskan penggunaan sistem musyawarah mufakat dalam Musyawarah Nasional (Munas) Iluni UI untuk memilih ketua umum Iluni UI.
Rudy dan Andre menyetujui adanya perubahan tersebut, dengan syarat harus dibahas terlebih dahulu dalam forum Munas dan disetujui oleh Munas. Menurut Rudy, agenda tersebut tidak dapat diajukan oleh calon, namun harus melalui Iluni fakultas.
Selain itu, Bambang juga mengutarakan keberatannya terhadap penyelenggaraan debat calon ketua umum Iluni UI. Padahal, menurut Rudy, adanya debat calon ketua umum Iluni sudah dimandatkan oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Iluni UI. “Tapi kan, ini semua sudah diatur di AD/ART. Kalau sudah tahu keberatan, dari awal tidak mengajukan diri saja,” tutur Rudy. Alhasil, komunikasi yang dibuka tidak membuahkan hasil yang berarti dalam menyelesaikan permasalahan.
Titik balik pengunduran diri Rudy terjadi pada Jumat, 23 Agustus malam. Ia bertemu dengan berbagai pemangku kepentingan di bilangan Kuningan untuk membahas mundurnya salah satu calon. Namun, pertemuan tersebut inkonklusif, bahkan salah satu pemangku kepentingan menekan Rudy untuk mundur dari perlombaan. Tekanan yang begitu kuat menyebabkan Rudy dengan berat hati mengajukan pengunduran dirinya sebagai calon yang diajukan Fakultas Teknik. Namun, Rudy enggan merinci lebih jauh kejadian tersebut secara on the record.
Pada akhirnya, Rudy pun membuat surat pengunduran diri pada 24 Agustus pukul 12.00. Dua jam setelahnya, Munas Iluni UI menerima surat pengunduran diri Rudy dan memutuskan bahwa suara untuk Rudy dalam sistem e-voting tidak dihitung.
Surat pengunduran diri Rudy Bun sebagai calon ketua umum Iluni UI (Istimewa/Kumparan)
Surat pengunduran diri Rudy memuat dua poin, yakni pengunduran diri sebagai calon dan keberatannya untuk ikut serta dalam kepengurusan Iluni UI selanjutnya. Keengganan Rudy untuk ikut serta dalam kepengurusan Iluni UI selanjutnya didasari oleh fakta bahwa adanya pemaksaan terhadap dirinya untuk mundur sebagai calon, sehingga bergabungnya Rudy dapat mencederai perasaan pihak-pihak yang mendukung pencalonan Rudy. “Kalau saya mau (bergabung ke kepengurusan selanjutnya), habis gak digebukin teman-teman saya?” seloroh Rudy.
Iluni UI yang Ideal
Setelah menjalani dua bulan sebagai calon ketua umum Iluni UI, Rudy memiliki beberapa pandangan terkait dengan sistem pemilihan dan kriteria ketua umum Iluni UI yang ideal. Menurut Rudy, sistem e-voting maupun musyawarah mufakat memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Sistem e-voting dengan one man one vote memastikan seluruh elemen alumni ikut serta dalam memilih ketua umum Iluni UI. Namun, sistem e-voting dengan one man one vote cenderung memudahkan calon yang berasal dari fakultas dengan jumlah alumni yang banyak. Selain itu, pada pelaksanaan e-voting, belum terdapat badan pengawas independen. E-voting pada pemilihan ketua umum Iluni UI hanya diawasi oleh organizing committee sendiri.
Sementara itu, sistem musyawarah mufakat mendorong alumni untuk bersatu dan guyub antar sesama alumni. Namun, hasil musyawarah mufakat kurang dapat dipertanggungjawabkan, berbeda dengan e-voting yang mendapatkan legitimasi karena seluruh elemen alumni ikut serta dalam pemilihan.
Selain ulasan terhadap sistem pemilihan yang ada, Rudy juga memberikan kriteria ketua umum Iluni UI yang ideal. Menurutnya, ketua umum Iluni UI yang ideal adalah seseorang yang justru berada di lingkungan eksternal UI. “Iluni ini benar-benar untuk orang yang sudah keluar, orang eksternal yang gimana caranya bisa berkontribusi sebagian untuk ke UI lagi,” terang Rudy.
Rudy Bun pun merasa bahwa tidak ada yang salah bagi pejabat untuk mengikuti Iluni. Lagipula tidak ada aturan yang menyatakan demikian. Terlebih, masing-masing alumni memiliki hak yang sama untuk menjadi ketua umum Iluni UI. Dengan syarat bahwa menteri yang mengikuti pemilihan ketua umum Iluni UI berani bertanding. Dalam artian, orang tersebut berani bersaing, berani menerima hasil pemilihan, dan tidak akan memaksakan kehendaknya. “Ya monggo (pejabat menjadi calon ketua umum Iluni UI) tapi ya lo berani kalah juga. Berani maju, berani menang, dan berani kalah juga,” pungkas Rudy menutup wawancara pada petang itu.
Kontributor: Fadhil Ramadhan, Cecilia Arviana, Rania Yolanda Safitri
Editor: Harnum Yulia Sari
Discussion about this post