Jalan Layang Slipi yang biasanya macet dipenuhi kendaraan, justru riuh dipadati pelajar berseragam. Di sisi lain jalan, pasukan polisi anti huru-hara menyusun formasi kokoh yang mustahil ditembus. Gas air mata ditembakkan, sesaat kemudian dilempar kembali oleh para pelajar. Sebagian berlari menghardik aparat dan melemparkan berbagai proyektil; sisanya menyaksikan serta menyoraki dukungan. Mengacungkan bendera merah putih ke awan, mereka percaya bahwa mereka mewakili rakyat dan memperjuangkan kebenaran.
Demonstrasi 24 September 2019 menjadi aksi puncak yang dilakukan golongan mahasiswa untuk menuntut pemerintah yang dianggap mengebiri hak dan keadilan warga negara melalui RUU-RUU bermasalah. Aksi yang pada awalnya berlangsung damai ini berubah menjadi kerusuhan massal ketika terjadi insiden penembakan water cannon dan gas air mata oleh aparat 1 Economica.id. (2019). Dinamika dan Eskalasi Aksi #TUNTASKANREFORMASI: Catatan Jurnalis. [Accessed 29 Sep. 2019]. .
Tindakan represif oleh aparat melalui insiden penembakan ini akhirnya menjadi pemantik untuk gelombang aksi lanjutan yang dilakukan oleh golongan pelajar di hari berikutnya. Golongan pelajar dari elemen siswa SMK yang turun ke jalan ternyata mendapatkan perhatian dan penerimaan dari sebagian masyarakat 2 Kompas.com (2019). Viral Anak STM Ikut Demo di Depan Gedung DPR, Ini Faktanya… [Accessed 29 Sep. 2019]. . Salah satu warganet berpendapat di Twitter, “Anak STM melek politik juga ternyata […] Mantab, saatnya turun ke jalan. Indonesia sedang tidak baik-baik saja.”
Di sisi lain, muncul penolakan dari sebagian masyarakat yang menganggap bahwa gerakan yang dilakukan oleh golongan pelajar ini adalah aksi anarkis, tidak substansial, dan jauh dari arti gerakan sesungguhnya. Penolakan senada juga dilayangkan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang mengatakan gerakan pelajar ini rawan untuk dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Di samping itu, KPAI melayangkan pernyataan untuk mencegah anak turun berdemonstrasi ke jalan guna menghindari adanya korban jiwa dari golongan pelajar ini 3 Sudarno, A. (2019). KPAI Prihatin Pelajar STM Ikut Demo di DPR. [Accessed 29 Sep. 2019]. .
Akan sangat disayangkan ketika aksi lanjutan oleh pelajar ini, serta aksi-aksi yang menyusul di kemudian hari justru menjadi bumerang karena demonstran dianggap tidak memiliki tuntutan dan koordinasi yang jelas serta hanya melakukan tindakan-tindakan anarkis. Dari pro-kontra tentang aksi rusuh para demonstran ini, dapat digarisbawahi sebuah perdebatan yang ada di masyarakat. Perdebatan yang muncul kemudian adalah sejauh mana aksi kekerasan dapat dibenarkan sehingga menjadi hal yang potensial memajukan pergerakan secara keseluruhan serta bagaimana perannya memajukan agenda perjuangan pergerakan sosial.
Tekanan Eksplisit dan Implisit
“Aksi politik di bawah ambang kekerasan dilaksanakan dengan kesadaran bahwa suatu masalah dapat meningkat menjadi kekerasan terbuka jika suatu pihak merasa cukup dirugikan.”
– Bruce L.R. Smith 4 Smith, B. (1968). The Politics of Protest: How Effective Is Violence?. Proceedings of the Academy of Political Science, 29(1), p.111.
Kerusuhan akibat demonstrasi dapat menimbulkan banyak biaya, baik biaya finansial maupun biaya sosial, bagi pemerintah. Ini dapat dipandang sebagai sesuatu yang menambah tekanan terhadap pemerintah untuk memenuhi tuntutan dari para demonstran.
Selain biaya yang terlihat jelas seperti pengerahan aparat untuk memastikan keamanan dan kondusifitas serta biaya perbaikan atas kerusakan fasilitas umum, terdapat juga biaya berupa ketegangan yang dialami perekonomian nasional. Selama aksi berlangsung, nilai Rupiah diprediksi untuk terus melemah selama demonstrasi berlanjut 5 Cindy Mutia, A. (2019). Demonstrasi Berlanjut Pekan Depan, Rupiah Diprediksi Masih Tertekan – Katadata News. Katadata.co.id. [Accessed 29 Sep. 2019]. . Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok, dan investor asing berbondong-bondong menarik modalnya – telah dicatat penjualan bersih sebesar Rp6,19 triliun selama satu bulan ke belakang 6 Ayuningtyas, D. (2019). Ada Aksi Demo & Asing Kabur Rp 6 T, Ini Saham yang Dilego. CNBC Indonesia. [Accessed 29 Sep. 2019]. . Salah satu ancaman implisit yang dilayangkan oleh demonstran adalah bahwa apabila pemerintah terus mengabaikan tuntutan, biaya-biaya seperti demikian akan terus menumpuk.
Peran kerusuhan untuk menimbulkan biaya finansial bagi pemerintah juga dapat dilihat dari aksi demonstrasi massal yang dilakukan oleh rakyat Hong Kong ketika menuntut pembatalan RUU Ekstradisi yang berdampak pada meningkatnya pengaruh Republik Rakyat Tiongkok (RRT) terhadap Hong Kong. Demonstran melakukan blokade jalan, disrupsi rute transportasi publik, perusakan kamera CCTV, pelemparan balik gas air mata kepada aparat, hingga menduduki bandar udara sehingga berdampak pada pembatalan semua jadwal penerbangan 7 Shao, G. (2019). ‘Wanton destruction’ and economic costs on Hong Kong may make people less sympathetic to protests. CNBC. Available at: [Accessed 29 Sep. 2019]. . Tekanan yang dilakukan oleh rakyat Hong Kong tersebut pada akhirnya membuahkan hasil ketika tuntutan pembatalan RUU ekstradisi dipenuhi oleh pemerintah Hong Kong 8 DW.COM. (2019). Hong Kong: Carrie Lam withdraws controversial extradition bill | DW | 04.09.2019. [Accessed 29 Sep. 2019] .
Lebih dalam lagi, kerusuhan juga berdampak pada timbulnya biaya sosial bagi pihak pemerintah. Kerusuhan yang dilakukan demonstran di berbagai daerah di Indonesia menimbulkan reaksi represif dari aparat yang akhirnya menelan korban jiwa dari elemen mahasiswa dan pelajar. Sejauh ini, telah ada 2 korban dari mahasiswa Universitas Halu Oleo dan 1 korban dari pelajar SMK di Tanjung Priok 9 Bunga, H. (2019). Tujuh Fakta Meninggalnya 2 Mahasiswa Universitas Haluoleo. Tempo. [Accessed 29 Sep. 2019]. 10 Ansari, S. and Simbolon, F. (2019). Viral Pelajar Tewas, Polisi Sebut Karena Tertabrak. Vivanews. [Accessed 29 Sep. 2019]. . Munculnya berita kematian ini menimbulkan tekanan baru bagi pihak pemerintah. Tidak lama kemudian, Presiden Joko Widodo akhirnya mengundang perwakilan mahasiswa untuk bertemu dengannya di Istana Presiden 11 Sugiharto, J. (2019).Jokowi Undang Mahasiswa Bertemu Besok, Begini Pesannya. Tempo. [Accessed 29 Sep. 2019]. serta menyatakan akan mempertimbangkan penerbitan Perppu untuk membatalkan UU KPK yang telah disahkan 12 CNN Indonesia. (2019). Jokowi Pertimbangkan Perppu KPK Usai Bertemu Tokoh di Istana. [Accessed 29 Sep. 2019]. .
Dari beragam upaya keras yang dilakukan baik dari demonstran Hong Kong maupun Indonesia dapat ditarik sebuah benang merah; yakni, kerusuhan dapat berpotensi memajukan agenda gerakan apabila biaya dan tekanan yang dialami oleh pemerintah dinilai terlalu tinggi sehingga satu-satunya pilihan pemerintah adalah memenuhi tuntutan para demonstran.
Sebuah Perang Public Relations
Esensi dari demonstrasi adalah jalur untuk rakyat menyalurkan keresahan dan kepeduliannya tentang sebuah isu kepada pemerintah. Hal ini dapat dianggap sebuah “pembebasan” untuk rakyat yang resah 13 Žižek, S. (2000). The ticklish subject. London: Verso Books. ; apabila jalur formal-diplomatis diabaikan dan dinilai tidak berfungsi untuk menyampaikan aspirasi, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah turun langsung ke jalan dan menghadap pemerintah. Kesediaan demonstran untuk berkumpul secara masif di sebuah lokasi dapat menjadi simbol bahwa kepedulian bersama telah menciptakan sebuah kesatuan yang bergerak secara kolektif untuk kemudian mengerahkan kekuatan politis (political power) yang tidak mungkin dapat dikerahkan oleh seorang individu 14 Brown, W. (2015). Undoing the demos. Neoliberalism’s stealth revolution. New York, NY: Zone Books. . Maka sejatinya yang didemonstrasikan, atau diperagakan, adalah kepedulian rakyat.
Dengan tindakan ini, demonstran menciptakan sebuah arena politik di mana pemerannya adalah pihak-pihak yang bertentangan; pihak demonstran dan pemerintah. Di posisi ini, seluruh rakyat adalah audiensnya.
Dalam konsepsi ini, segala sesuatu yang dilakukan oleh para pemeran adalah sebuah lakon yang dipertontonkan kepada seluruh rakyat. Maka, dapat dibilang bahwa gerakan sosial adalah sebuah perang public relations antara demonstran dan pemerintah untuk berupaya mengkampanyekan posisi politis masing-masing guna mendapatkan dukungan dari rakyat. Di atas panggung ini pula, taktik-taktik simbolis seperti narasi, storytelling, dan advokasi berperan krusial dalam mendorong perubahan bagi kedua pihak yang bersilang kepentingan 15 Heath, R.L. (2009). The rhetorical tradition: Wrangle in the market place. In R.L. Health, E.L. Toth & D. Waymer (Eds), Rhetorical and Critical approaches to Public Relations II (pp.17-47). New York: Rutledge. .
Diskursus yang berlangsung di dalam masyarakat terkait sebuah gerakan merupakan pertarungan sesungguhnya yang akan menentukan hasil dari gerakan tersebut. Kerusuhan dan tindak kekerasan tidak luput dari arena ini sebagai narasi yang diadu oleh pemeran aksi.
Contoh kasus dari pro-kontra dan diskursus masyarakat ini adalah munculnya polemik saat pelajar SMK turut serta dalam gerakan penuntutan RUU bermasalah di Indonesia dan mengalami bentrok dengan aparat kepolisian. Sebagian masyarakat mendukung, sedangkan sebagian lainnya menentang aksi ini.
Narasi yang kemudian perlu dibentuk oleh pemeran dalam panggung tersebut adalah sebuah cerita victim melawan oppressor. Bagi para demonstran, pelajar SMK yang turun beraksi harus ditunjukkan sebagai korban (victim) dari penindas (oppressor) yang digambarkan oleh aparat kepolisian sebagai alat dari pemerintah yang represif. Dengan demikian, apa yang terjadi di lapangan dapat terkonversi menjadi kata dan fakta yang berujung tersampaikannya pesan sehingga ditangkap menjadi perhatian dan menarik simpati sang audiens, yakni seluruh rakyat 16 Surma, A. (2006). Challenging unreliable narrators: writing and public relations. In J. L’Etang & M. Pieczka (Eds), Public Relations: Critical Debates and Contemporary Practice (pp. 41-60). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. .
Peran Sebagai Mesin Penggerak
Konsekuensi dari narasi korban melawan penindas ini dapat terlihat seperti dua sisi mata uang. Narasi korban yang dibentuk oleh demonstran ini dapat menimbulkan kesan bahwa korban yang tumbang digunakan sebagai “pion” yang dikendalikan untuk mencapai tujuan.
Namun, pandangan tersebut kurang tepat; bagi simpatisan gerakan terkait, korban justru harus dilihat sebagai pahlawan yang rela bertaruh nyawa demi memajukan agenda gerakan. Mereka bukanlah “pion” yang dimanfaatkan secara pasif, melainkan “mesin” yang secara aktif membangkitkan dan mendorong momentum gerakan.
“Mesin” yang secara aktif menjadi motor gerakan ini juga dapat dilihat pada saat konflik timbul di Irlandia Utara. Konflik tersebut memperjuangkan kemerdekaan dan integrasi Irlandia Utara dengan Irlandia Selatan dari imperialis Britania Raya.
Dalam upaya perjuangan tersebut, sekelompok aktivis pro-merdeka yang telah ditangkap memutuskan untuk melakukan aksi mogok makan. Dipimpin oleh Bobby Sands, para aktivis tersebut menolak makanan yang diberikan sipir penjara serta menyatakan niat melanjutkan pemogokan makan hingga tuntutan mereka, yakni kemerdekaan Irlandia Utara, terpenuhi. Pada akhirnya, sepuluh aktivis termasuk Bobby Sands di dalamnya tewas dalam aksi ini 17 Cain.ulster.ac.uk. (2019). CAIN: Events: Hunger Strike 1981 – Chronology. [Accessed 29 Sep. 2019]. .
Aksi yang dilakukan oleh aktivis pro-merdeka ini tidak ubahnya aksi yang dilakukan oleh demonstran di depan Gedung DPR. Mereka menyadari bahwa pengorbanan, atau setidaknya pengumpanan diri kepada risiko tinggi, yang mereka lakukan memiliki arti untuk memajukan gerakan yang mereka yakini benar.
Sisi Lain dari Pedang Kekerasan
Perlu diingat bahwa walaupun kekerasan dapat berdampak positif terhadap kemajuan sebuah gerakan, hal ini tidak berlaku universal. Kekerasan adalah sebuah cara; namun, ia juga menjadi pedang bermata dua. Sisi lain dari pedang tersebut adalah apabila masyarakat tidak mendukung gerakan, eskalasi aksi menjadi kekerasan dan kerusuhan justru dapat memantik kecaman 18 Simpson, B., Willer, R. and Feinberg, M. (2018). Does Violent Protest Backfire? Testing a Theory of Public Reactions to Activist Violence. Socius: Sociological Research for a Dynamic World, 4, p.237802311880318. .
Kekerasan sebagai pedang bermata dua dapat tercermin dari aksi 21-22 Mei silam di depan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu); beberapa pihak telah menilai penanganan aparat terlampau represif dan tidak proporsional 19 BBC News Indonesia. (2019). Demo 22 Mei: Aksi polisi menangani perusuh ‘berpotensi melanggar HAM’. [Accessed 29 Sep. 2019]. . Meskipun begitu, aksi ini gagal membuahkan hasil dan sebagian masyarakat justru mendukung tindakan aparat yang represif 20 Kumparan. (2019). Beda Sikap Masyarakat pada Demo Mei 1998 dan Mei 2019. [Accessed 29 Sep. 2019]. . Hal ini menunjukkan ketidaksetujuan masyarakat terhadap agenda gerakan tersebut dan massa aksi 21-22 Mei silam gagal dalam menyajikan narasi victim vs oppressor kepada masyarakat.
Aksi 24 September disusul dengan aksi lanjutan pada hari Senin pekan berikutnya (30/9). Kali ini, aksi diikuti bukan hanya oleh mahasiswa, melainkan juga pelajar dan aktivis kaum buruh 21 Fathurrahman, F. (2019). Polisi Amankan 649 Orang Saat Aksi Demo 30 September 2019. Akurat.co. [Accessed 2 Oct. 2019]. . Pada aksi lanjutan ini, demonstran dapat terlihat tidak sepenuhnya berhasil dalam membangun narasi victim vs oppressor. Oleh sebab jamaknya kelompok yang memiliki concern utama yang berbeda-beda, aksi terkesan kurang terfokus dan terpecah-pecah. Setelah kerusuhan yang terjadi pada malam hari itu, tagar #MahasiswaPelajarAnarkis mencapai trending nomor satu di Twitter, di mana sebagian warganet menyuarakan ketidakpuasan atas arah gerakan dan menyayangkan kerusuhan yang terjadi 22 Pasaribu, H. (2019). Tagar Penggerak Aksi Mahasiswa Indonesia. Kompasiana. [Accessed 2 Oct. 2019]. .
Fenomena kerusuhan yang gagal dalam aksi 21-22 Mei dan 30 September silam dapat dijelaskan melalui teori yang dikemukakan oleh Erica Chenoweth, peneliti dari Harvard University. Chenoweth berpendapat bahwa aksi yang dilakukan secara damai dapat mencapai kesuksesan karena berpotensi untuk menarik simpati partisipan dari demografi yang lebih luas. Pun secara statistik, gerakan yang mengandung unsur damai memiliki success rate yang lebih tinggi; yakni, 53%, sementara aksi yang mengandung unsur kekerasan memiliki success rate sebesar 26% 23 Robson, D. (2019). The ‘3.5% rule’: How a small minority can change the world. BBC.com. [Accessed 29 Sep. 2019]. .
Kesimpulan
Sebagai pengingat, dapat dibilang kekerasan adalah sebuah pilihan terakhir yang memiliki risiko tersendiri. Keberadaan demonstrasi sendiri muncul ketika proses demokrasi formal dinilai tidak berfungsi. Absennya proses demokrasi formal ini pula yang mendorong rakyat membuka jalur alternatif sendiri; dalam hal ini, kekerasan bergerak sebagai sebuah jalan untuk menyampaikan pesan. Dalam konflik antara elit politik dan rakyat, elit politik dapat mengerahkan institutusi pemerintah untuk kepentingannya; namun, rakyat dapat mengerahkan tangan dan keringatnya sendiri.
“Mati satu, tumbuh seribu…”
Reformis 1998
Editor: Fadhil Ramadhan
Ilustrator: Liana Febrianti Ismail
Referensi
↵1 | Economica.id. (2019). Dinamika dan Eskalasi Aksi #TUNTASKANREFORMASI: Catatan Jurnalis. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
---|---|
↵2 | Kompas.com (2019). Viral Anak STM Ikut Demo di Depan Gedung DPR, Ini Faktanya… [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵3 | Sudarno, A. (2019). KPAI Prihatin Pelajar STM Ikut Demo di DPR. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵4 | Smith, B. (1968). The Politics of Protest: How Effective Is Violence?. Proceedings of the Academy of Political Science, 29(1), p.111. |
↵5 | Cindy Mutia, A. (2019). Demonstrasi Berlanjut Pekan Depan, Rupiah Diprediksi Masih Tertekan – Katadata News. Katadata.co.id. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵6 | Ayuningtyas, D. (2019). Ada Aksi Demo & Asing Kabur Rp 6 T, Ini Saham yang Dilego. CNBC Indonesia. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵7 | Shao, G. (2019). ‘Wanton destruction’ and economic costs on Hong Kong may make people less sympathetic to protests. CNBC. Available at: [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵8 | DW.COM. (2019). Hong Kong: Carrie Lam withdraws controversial extradition bill | DW | 04.09.2019. [Accessed 29 Sep. 2019] |
↵9 | Bunga, H. (2019). Tujuh Fakta Meninggalnya 2 Mahasiswa Universitas Haluoleo. Tempo. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵10 | Ansari, S. and Simbolon, F. (2019). Viral Pelajar Tewas, Polisi Sebut Karena Tertabrak. Vivanews. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵11 | Sugiharto, J. (2019).Jokowi Undang Mahasiswa Bertemu Besok, Begini Pesannya. Tempo. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵12 | CNN Indonesia. (2019). Jokowi Pertimbangkan Perppu KPK Usai Bertemu Tokoh di Istana. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵13 | Žižek, S. (2000). The ticklish subject. London: Verso Books. |
↵14 | Brown, W. (2015). Undoing the demos. Neoliberalism’s stealth revolution. New York, NY: Zone Books. |
↵15 | Heath, R.L. (2009). The rhetorical tradition: Wrangle in the market place. In R.L. Health, E.L. Toth & D. Waymer (Eds), Rhetorical and Critical approaches to Public Relations II (pp.17-47). New York: Rutledge. |
↵16 | Surma, A. (2006). Challenging unreliable narrators: writing and public relations. In J. L’Etang & M. Pieczka (Eds), Public Relations: Critical Debates and Contemporary Practice (pp. 41-60). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. |
↵17 | Cain.ulster.ac.uk. (2019). CAIN: Events: Hunger Strike 1981 – Chronology. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵18 | Simpson, B., Willer, R. and Feinberg, M. (2018). Does Violent Protest Backfire? Testing a Theory of Public Reactions to Activist Violence. Socius: Sociological Research for a Dynamic World, 4, p.237802311880318. |
↵19 | BBC News Indonesia. (2019). Demo 22 Mei: Aksi polisi menangani perusuh ‘berpotensi melanggar HAM’. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵20 | Kumparan. (2019). Beda Sikap Masyarakat pada Demo Mei 1998 dan Mei 2019. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
↵21 | Fathurrahman, F. (2019). Polisi Amankan 649 Orang Saat Aksi Demo 30 September 2019. Akurat.co. [Accessed 2 Oct. 2019]. |
↵22 | Pasaribu, H. (2019). Tagar Penggerak Aksi Mahasiswa Indonesia. Kompasiana. [Accessed 2 Oct. 2019]. |
↵23 | Robson, D. (2019). The ‘3.5% rule’: How a small minority can change the world. BBC.com. [Accessed 29 Sep. 2019]. |
Discussion about this post