Pada tanggal 7 Oktober 2019, Universitas Indonesia mengadakan acara bertajuk “Simfoni dan Puisi untuk Satu Indonesia” yang dilaksanakan di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Acara dimulai pada pukul 15.32 WIB dengan dibuka oleh pemandu acara yang merupakan alumni FISIP UI. Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa duka atas berbagai isu yang sedang terjadi di Indonesia. Acara ini berisikan lantunan puisi dan lagu yang dibawakan oleh Sapardi Djoko Damono, The Kadrijimmo, Once Mekel, Dira Sugandi, Melli Darsa, Chaseiro dan Tommy F. Awuy. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan himne Universitas Indonesia dengan dipimpin oleh Bapak AG Sudibyo, selaku Kepala Sub Direktorat Seni UI. Acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh Bapak Yasin MAG dan sambutan oleh Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, selaku rektor Universitas Indonesia.
Setelah sambutan dari rektor, dilakukan orasi sekaligus pembacaan puisi “Nicolo bukan Macchiavelli” oleh Tommy F. Awuy, dosen Filsafat Fakultas Ilmu dan Pengetahuan Budaya. Selanjutnya The Kadrijimmo melantunkan musik “Ibu Pertiwi”. Musik tersebut mengiringi puisi bertajuk “Hukum yang Seharusnya Menjadi Panglima” yang dibacakan oleh Melli Darsa. Puisi ini menjelaskan tentang perbedaan yang ada di Indonesia, bukan hanya soal agama, ras, bahasa, namun juga tentang aspirasi masyarakat. Perbedaan aspirasi masyarakat yang sejati seharusnya tidak didasarkan oleh perbedaan politik, perbedaan seharusnya disikapi dengan kebijaksanaan dan kecintaan atas tanah air yang pusaka.
Selanjutnya The Kadrijimmo membawakan dua lagu lainnya yaitu Pressure dan We Are The Champion. Pada pukul 16.17 Sapardi Djoko Damono membawakan sajak berjudul “Kemerdekaan Itu”. Puisi ini dilajutkan oleh pembacaan sikap pernyataan UI yang dibawakan oleh Rektor UI, Sekretaris MWA, Ketua Dewan Guru Besar, Ketua ILUNI UI, Ketua BEM UI, dan juga anggota Senat Akademik UI. Pernyataan sikap itu berisikan bahwa UI bersikap netral dan tidak memihak partai politik manapun, serta UI menjunjung tinggi kesatuan dan persatuan Indonesia. Selepas pembacaan pernyataan sikap, Dira Sugandi lalu menyanyikan lagu Tanah Airku.
Taman Lingkar, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia sore itu dipenuhi tepuk tangan yang meriah. “Kampus Universitas Indonesia sangat penting buat Indonesia. Apa yang kita sikapi saat ini, akan berdampak penting untuk Indonesia,” ucap Once Mekel. Once membawakan lagu-lagu nasionalis seperti Gebyar-Gebyar, Bendera, dan Indonesia Pusaka. Selain itu lagu popular yang masih tetap digemari milenial yaitu Dealova turut memeriahkan acara sore itu. Acara ini ditutup dengan ucapan terima kasih dari Once Mekel seraya menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. “Tepuk tangan untuk Indonesia, terima kasih,” ujar Once menutup acara Simfoni & Puisi hari itu.
Editor: Harnum Yulia Sari
Discussion about this post