Penganugerahan Mahasiswa Berprestasi (Mapres) dan FEB UI Awards 2024 telah resmi diselenggarakan pada Rabu (17/04). Namun, selesainya acara tersebut meninggalkan sebuah masalah yang cukup krusial di kalangan mahasiswa FEB UI. Hingga seminggu setelah acara penganugerahan paling bergengsi tersebut dilaksanakan, para mahasiswa masih dibuat bingung dengan adanya kabar miskalkulasi pada penilaian ketiga kandidat mapres, yang menyebabkan peraih gelar mapres satu tertukar dengan peraih gelar mapres tiga.
Baca juga: Penganugerahan Mahasiswa Berprestasi dan FEB UI Awards 2024
Beragam keluhan mulai disampaikan, apalagi setelah mengetahui bahwa penerima gelar mapres ketigalah yang maju mewakili FEB UI ke seleksi mahasiswa berprestasi tingkat universitas. Menanggapi kabar yang kian menggaung, Economica berkesempatan mewawancarai Syifa Zarathustra, perwakilan fungsionaris Departemen Keilmuan BEM dan Ibu Irfani Fitria, perwakilan pihak kemahasiswaan FEB UI, sebagai penyelenggara utama acara penghargaan.
Miskalkulasi Salah Siapa?
Kabar burung yang kian menyebar membuat banyak mahasiswa meminta BEM FEB UI untuk melakukan transparansi perhitungan penilaian mapres. Hal ini diharapkan dapat membuktikan bahwa tidak terjadi miskalkulasi dan tindak kecurangan lainnya. “Untuk penilaian yang terdiri dari seleksi kepribadian, CV, gagasan kreatif, dan bahasa Inggris ada jurinya sendiri, dan BEM tidak ikut campur sama sekali; murni dari juri,” terang Syifa.
Selain kepada BEM, protes para mahasiswa juga dilayangkan kepada pihak Kemahasiswaan FEB UI. Sama seperti pihak BEM, Kemahasiswaan FEB UI pun memberikan keterangan bahwa mereka hanyalah sebagai fasilitator dalam penyelenggaraan acara ini. Termasuk di dalamnya memberikan borang penilaian, memilih, serta menetapkan juri. Kemahasiswaan FEB UI juga menegaskan bahwa mereka sudah memilih juri yang kompeten pada bidangnya masing-masing dan berusaha untuk membuat komposisi juri seideal mungkin sehingga tidak terjadi bias.
Irfani menegaskan, bahwa baik BEM maupun kemahasiswaan tidak memiliki intervensi apapun dalam proses penjurian. Proses validasi CV masing-masing kandidat pun merupakan hak dan tanggung jawab juri.
Nihilnya intervensi sebagai bentuk check and balance dalam proses penilaian dan tidak hadirnya proses validasi CV melalui sesi wawancara menciptakan permasalahan pelik dalam proses seleksi internal mahasiswa berprestasi FEB UI 2024. “Di tingkat UI umumnya terdapat wawancara khusus yang membahas CV. Di FEB, sejak tahun lalu sesi wawancara tersebut digabung dengan wawancara tes kepribadian; wawancara dengan psikolog. Hal ini berdampak pada komposisi wawancara yang cenderung berat kepada aspek psikologis saja, dan tidak pada CV,” jelas Syifa.
Hilangnya sesi wawancara untuk memvalidasi CV bukan tanpa sebab. Proses dan alur seleksi yang diadakan oleh Pilmapres Tingkat UI berdekatan dengan seleksi internal FEB UI, menuntut seleksi internal terlaksana secara cepat. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Irfani, “Adanya tuntutan waktu menyebabkan sesi wawancara menjadi dipadatkan, mengakibatkan eksplorasi diri cenderung pada aspek psikologis saja dan minimnya aspek validasi CV.”
Proses seleksi internal terus berlanjut, tetapi seleksi tingkat UI telah usai
Proses seleksi internal harus terlebih dahulu dilaksanakan sebelum disetornya nama mahasiswa berprestasi 1 (satu) untuk kemudian berkontestasi pada tingkat UI. Namun, selama proses berlangsung, masalah pelik terjadi. Pasalnya, perwakilan FEB UI pada Pilmapres Tingkat UI merupakan mahasiswa yang menjadi korban kekeliruan penilaian internal. Hal ini kemudian menjadi isu yang tersebar di seluruh penjuru fakultas dan turut diketahui oleh kemahasiswaan.
Irfani menuturkan, “Tidak dipungkiri bahwa kabar burung tersebar dan mapres perwakilan diketahui. Lebih lanjut, pengumuman tiga besar dari seleksi Mapres UI juga sudah selesai ditentukan (sebelum) rescoring sehingga sulit untuk melakukan penyesuaian. Dari hasil tersebut, disampaikan bahwa FEB tidak lanjut ke babak tiga besar.”
Meski proses Pilmapres Tingkat UI telah usai dan hasilnya mutlak, problematika miskalkulasi seleksi internal tidak dapat dilepas tangankan begitu saja. Rescoring terus berjalan di tengah tekanan calon mapres dan libur cuti lebaran tanpa diketahui oleh pihak UI sebagai penyelenggara yang telah memberikan diskresi mutlak pada fakultas.
Kekecewaan Calon Mapres: Respons Kemahasiswaan
Pihak kemahasiswaan sendiri menyatakan sudah sangat memperhatikan dan melakukan dialog dengan kandidat mapres satu dan mapres tiga sebagai pihak utama yang sangat terdampak atas masalah miskalkulasi ini. Setelah dilakukan rescoring dan ternyata terjadi perubahan peringkat, kemahasiswaan mengaku sudah lebih dulu memberikan kabar ini kepada kedua kandidat tersebut, bahkan sebelum memberikan hasil akhirnya kepada pihak BEM.
“Rescoring sebenarnya tidak menyebabkan komposisi pemenang (1, 2, 3) berubah secara signifikan. Komposisi pemenang cenderung sama, tetapi urutannya berubah. Pemahaman dan penerimaan juga telah disampaikan oleh tiap-tiap mapres terkait sehingga permasalahan miskalkulasi dapat dipahami,” jelas Irfani.
Evaluasi sebagai Akhir
Penilaian dengan sistem tertutup, yaitu dengan mekanisme yang telah dijelaskan membuat hasil penilaian bersifat mutlak tanpa koreksi. Hal inilah yang kemudian perlu dievaluasi dalam seleksi internal mahasiswa berprestasi FEB UI 2024 seperti yang dituturkan oleh Irfani, “Ke depannya dapat dilakukan berbagai tindakan preventif agar rescoring tidak terjadi, misal dengan pemberian rekomendasi dari BEM sebagai pihak yang juga melakukan perhitungan skor.”
Selain itu, dekatnya jarak antara proses seleksi internal Pilmapres FEB UI 2024 dengan Pilmapres Tingkat UI juga menjadi evaluasi tersendiri bagi semua pihak penyelenggara. Hal ini seperti diucapkan oleh Irfani, “Evaluasi yang akan dilakukan selanjutnya adalah terkait timeline.”
Editor: Khansa dan Muhammad Rafly Fadhly Putra
Discussion about this post