Pesta demokrasi telah dimulai. Eksplorasi calon ketua dan wakil ketua BEM FEB UI telah dilaksanakan pada hari Kamis (3/12) pukul 16.30 hingga hari Jumat (4/12) pukul 03.36. Kedua pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM FEB UI, Bagastama Aulia Mahardika-Shafira Mufida (Bagas-Fira) dan Satya Rifansyah Batubara-Jeremia Halomoan (Satya-Jeje) mengikuti eksplorasi yang berlangsung selama lebih dari 11 jam.
Eksplorasi dibagi menjadi empat sesi: pemaparan grand design oleh paslon, sesi tanya jawab dengan panelis, sesi debat, dan sesi publik. Panelis yang hadir dalam eksplorasi adalah Ketua BEM FEB UI 2016 Irsyan Maududy, Ketua BEM FEB UI 2018 Syekhan Adesia Ramadhan, Wakil Ketua BEM FEB UI 2018 Wildan Al Kautsar Anky, dan Project Officer OPK FEB UI 2018 Arin Nadiyah. Eksplorasi ini dimoderatori oleh Ketua Badan Otonom Economica FEB UI 2020 Fadhil Ramadhan.
Bagian awal eksplorasi
Masing-masing pasangan calon mempresentasikan rencana program yang mereka usung dalam grand design. Selepas presentasi grand design, panelis yang hadir melontarkan pertanyaan kepada Bagas-Fira dan Satya-Jeje. Setidaknya terdapat 8 pertanyaan yang diajukan oleh panelis. Pertanyaan yang diajukan berkisar pada grand design yang ditawarkan oleh kedua paslon tersebut. Syekhan dan Wildan membuka sesi panelis dengan menanyakan indikator sasaran strategis secara kuantitatif. Berikut ringkasan indikator dari rencana strategis yang diusung kedua pasangan calon.
Indikator sasaran strategis Bagas-Fira dan Satya-Jeje (Sumber: Fadhil Ramadhan)
Dalam sesi panelis, Irsyan meminta kedua paslon untuk merangkum seluruh program yang mereka bawakan menjadi satu kata. Bagas memilih kata “sinergi” sebagai inti dari program yang ia dan Fira bawa. Sedangkan Satya dan Jeje memilih kata “progression”.
Berbeda dengan panelis lain, Arin menanyakan motivasi pencalonan dari Bagas-Fira dan Satya-Jeje. Bagas menjelaskan bahwa dalam mencalonkan diri, ia didorong oleh keinginan untuk memberikan dampak bagi orang lain, mengisi ruang perbaikan bagi BEM FEB UI, keinginan untuk terlibat dalam perubahan, dan keyakinan dirinya sendiri. Sedangkan Fira menceritakan kegagalannya menjadi staf Departemen Pengabdian Masyarakat, namun dapat menjadi Wakil Kepala Entrepreneurship and Leadership Department sebagai katalis utama pencalonan.
Di sisi lain, pasangan Satya-Jeje turut mengungkapkan motivasi mereka mencalonkan diri. Berawal dari keresahan terhadap sentralisasi kepanitiaan dan organisasi di FEB, Satya ingin memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya. Sedangkan sang wakil, Jeje, merasa pencalonannya sebagai bentuk kecintaannya terhadap BEM yang telah memberikan value added padanya.
Format Baru Adu Gagasan
Sekitar pukul 21.10, sesi debat calon pun dimulai. Sesi debat dimoderatori oleh Fadhil Ramadhan. Berbeda dengan sesi debat pada Pemira IKM FEB UI 2019, sesi debat kali ini terbagi menjadi dua sub-sesi, yakni sesi pertanyaan moderator dan pertanyaan calon. “Debat kali ini dibuat agar para paslon dapat berinteraksi langsung satu sama lain dan dapat mengadu gagasannya lebih dalam,” ujar Fadhil ketika dihubungi Economica petang ini (5/12). Sesi pertanyaan moderator diwarnai dengan pertanyaan mengenai regenerasi organisasi, komitmen paslon terhadap penghapusan kekerasan seksual, sinergi antar lembaga, organisasi mahasiswa ekstra kampus (ormek), konflik kepentingan dalam penyelenggaraan pemilihan, praktik bagi-bagi jabatan, polarisasi masyarakat, dan satu tahun aksi #ReformasiDikorupsi.
Terkait penghapusan kekerasan seksual, Bagas-Fira dan Satya-Jeje menegaskan komitmennya untuk memberantas hal tersebut. Keduanya menyetujui langkah calon anggota BPM FEB UI Diaz Ryzka Salsabila yang ingin membentuk hukum tentang penghapusan kekerasan seksual di lingkungan IKM FEB UI. Untuk dukungan ormek, Satya-Jeje tegas mengatakan bahwa mereka tidak mendapatkan dukungan dari ormek manapun, sedangkan Bagas-Fira mengatakan bahwa “tidak ada dukungan langsung” dari ormek dalam pencalonan mereka.
Sesi kedua debat diwarnai dengan adu gagasan dan rekam jejak yang dimiliki oleh kedua paslon. Fira menanyakan tanggapan Jeje, Kepala Biro Riset dan Sistem Administrasi, mengenai pasangannya, Satya, yang tidak menjadi badan pengurus harian BEM FEB UI tahun ini. Jeje menilai bahwa kapabilitas dan keinginan belajar Satya dapat mendorong Satya menjadi pemimpin yang baik. Sedangkan Jeje balik bertanya kepada Fira terkait pengalamannya yang hanya satu tahun di BEM FEB UI. Fira menanggapi bahwa keinginan untuk belajar dan pengalamannya menjadi Wakil Kepala Entrepreneurship and Leadership Department di kala pandemi menjadi bekalnya untuk menjadi Wakil Ketua BEM FEB UI.
Berbeda dengan Fira dan Jeje, Satya memanfaatkan kesempatan bertanya ke Bagas untuk mengonfirmasi pernyataan Bagas terkait kedekatan dua ketua BEM, Jusuf King Sihotang dan Akbar Muhammad, kepada anggotanya. Selanjutnya, Bagas menanyakan rencana Satya jika ia tidak terpilih menjadi ketua BEM. Satya menjelaskan bahwa ia memiliki rencana exchange jika kalah, hal ini disayangkan oleh Bagas.
Kupas Tuntas Bagas-Fira dan Satya-Jeje
Setelah 90 menit sesi debat, moderator mempersilakan publik IKM FEB UI untuk bertanya langsung kepada kedua paslon. Pertanyaan yang diajukan berkisar antara grand design yang diajukan para paslon, rekam jejak para paslon, pendapat terkait insiden pengambilan berkas Satya-Jeje (Baca: Kisruh Keterlambatan Pengambilan Berkas Satya-Jeje), hingga klarifikasi pernyataan yang dilontarkan Satya-Jeje sebelumnya. Dalam sesi publik pula, kedua paslon menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan penurunan uang kuliah tunggal pada tahun 2021.
Terkait grand design, para paslon menyetujui bahwa Ruang Asa yang dirintis oleh kepengurusan BEM FEB UI tahun ini memiliki potensi lebih untuk dikembangkan. Namun, kedua paslon menganggap bahwa Ruang Asa belum dapat menangani kasus kekerasan seksual. Selain Ruang Asa, EBS E-Club juga dibahas dalam sesi publik. Satya menegaskan bahwa ia akan mencanangkan kolaborasi EBS dengan Origin Business Club MSS FEB UI dalam hal pelatihan dan mentoring. Sedangkan, Fira menggarisbawahi keberadaan kurikulum mentoring menjadi indikator yang paling memungkinkan dalam mengukur kesuksesan sasaran strategis milik Bagas-Fira.
Rekam jejak Fira dan Satya menjadi sorotan pada sesi publik. Terdapat beberapa pertanyaan yang menyorot kinerja Fira kala menjadi manajer tim basket, sedangkan sorotan publik kepada Satya terkait dengan alokasi keuntungan Kompetisi Ekonomi (Kompek) 22, kepanitiaan yang dipimpin oleh Satya. Fira dan Satya dengan lugas menjawab pertanyaan tersebut.
“Mungkin karena gue waktu itu (ketika menjadi manajer tim basket) gak semaksimal itu (kinerjanya) … Kalau gue terpilih jadi Wakabem, (menjadi) garda terdepan (mendampingi tim basket) itu lah yang menjadi prioritas,” ujar Fira. Sedangkan untuk alokasi keuntungan Kompek 22, Satya menjawab, “Untuk profit, Kompek sudah tidak ada sangkut pautnya dengan BEM (FEB UI),” seraya menjelaskan bahwa terdapat alokasi dana untuk makan bersama panitia, profit sharing pengurus inti dan badan pengurus harian, hingga alokasi untuk CSR.
Insiden pengambilan berkas Satya-Jeje pun tak luput dari pembahasan sesi publik kali ini. Jeje menegaskan bahwa mereka telah mengikuti prosedur secara benar. Namun, baik Bagas maupun Fira menyayangkan insiden ini. Bagas menegaskan bahwa ia tidak menolak kompetisi, tetapi transparansi dari insiden tersebut dirasa kurang. Sedangkan Fira menyayangkan absennya Steering Committee Pemira IKM FEB UI 2020 dalam proses mediasi.
Sesi publik sendiri berlangsung selama 4 jam 45 menit dengan 21 mahasiswa FEB UI yang mengajukan berbagai pertanyaan. Sesi publik ditutup oleh moderator pada Jumat (4/12) pukul 03.36. Dengan berakhirnya sesi publik, berakhir pula eksplorasi calon ketua dan wakil ketua BEM FEB UI 2020.
Editor: Philipus Susanto, Rani Widyan
Discussion about this post