Pada Rabu (6/12), telah dilaksanakan Acara Puncak Dies Natalis FEB UI ke-73 sebagai penutup dari rangkaian acara Dies Natalis yang telah berlangsung sejak bulan September. Acara ini diselenggarakan di Auditorium Soeria Atmadja, Gedung Dekanat FEB UI, Kampus UI Depok.
Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh K. H. Achmad Solechan selaku Ketua Masjid Universitas Indonesia. Dilanjutkan sambutan oleh Dyah Setyaningrum selaku Ketua Panitia Dies Natalis ke-73. Ia menyampaikan tema Dies Natalis tahun ini, “Living a Legacy: Nurturing, Inclusive, Relevant, and Reputable Leaders”, yang mencerminkan perjalanan FEB UI selama 73 tahun berdiri.
Peluncuran White Paper “Pemikiran Depok-Salemba untuk Bangsa: Arah Baru Pengembangan Ekonomi dan Bisnis Indonesia”
Penerbitan White Paper merupakan komitmen untuk memberikan kesempatan bagi seluruh sivitas akademika FEB UI, termasuk dosen, peneliti, asisten dosen, dan mahasiswa, untuk menyumbangkan pemikirannya yang bermanfaat dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Peluncuran White Paper diawali dengan paparan editorial notes oleh Arief Wibisono Lubis (Arief) selaku Wakil Dekan bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FEB UI.
“Dalam beberapa tahun terakhir ini, FEB UI telah berupaya (untuk) internasionalisasi untuk dapat dikenal secara global, ditandai dengan diraihnya beberapa akreditasi internasional, seperti AACSB dan AMBA. Untuk saat ini, FEB UI tengah memulai proses akreditasi internasional EQUIS, yang merupakan golden standard dari sekolah ekonomi dan bisnis di dunia,” terang Arief.
Peluncuran White Paper telah menghasilkan sejumlah karya dari sivitas akademika FEB UI. “Pada akhirnya, setelah pengumuman yang diumumkan dalam kurang lebih tiga bulan, terkumpul sejumlah 50 artikel yang merupakan buah karya dari sivitas akademika FEB UI dan juga unit-unit UKK yang berada di bawah naungan FEB UI,” jelas Arief.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian key message peluncuran White Paper oleh Dekan FEB UI, Teguh Dartanto (Teguh). Dalam pemaparannya, Teguh menyampaikan poin mengenai fokus Indonesia Emas 2045 dengan arah pembangunan yang inklusif, resilien, berkelanjutan yang diikuti dengan moral dan etika. Pembangunan SDM yang berkualitas, penciptaan institusi inklusif, dan pembiayaan berkelanjutan sangat diperlukan untuk menjamin terbebasnya Indonesia dari cengkraman middle-income trap. Selain itu, white paper ini memberikan pemahaman akan pentingnya pengembangan UMKM, pembangunan desa, dan ekonomi syariah dan industri halal dalam mewujudkan masa depan Indonesia.
“Indonesia emas 2045 bukan titik atau koma, tapi merupakan kata kerja. Jangan sampai Indonesia emas datang begitu saja tanpa ada kerja keras dari kita semua. Kita juga harus mau berpikir kritis untuk mewujudkan Indonesia emas 2045,” ungkap Teguh.
Pada key message ini, Teguh juga mengharapkan kontribusi yang kuat dari seluruh sivitas FEB UI. “Kita harus kembali ke imajinasi sebagai berbangsa, obsesi berlebihan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui capital accumulation atau fundamentalism perlu dikaji ulang dan disesuaikan dengan teori yang berkembang. Dari white paper ini, kita sudah berfokus pada cara membangun institusi yang baik dan inklusif sebagai motor pembangunan atau masa depan Indonesia,” terang Teguh.
Penghargaan untuk Dosen, Mahasiswa, dan Tenaga Kependidikan terpilih
Acara Puncak Dies Natalis FEB UI ke-73 ini juga memberikan serangkaian penghargaan kepada dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan terpilih. Penghargaan terdiri dari dosen dengan publikasi terbaik, dosen dengan pengabdian masyarakat terbaik, dosen dengan kinerja pengajaran terbaik pada tingkat S1 dan Pascasarjana, mahasiswa pascasarjana dengan publikasi terbaik, mahasiswa S1 terbaik, hingga tenaga kependidikan akademik dan non-akademik terbaik.
Eko Rizkianto sebagai peraih penghargaan dosen dengan kinerja pengajaran terbaik Departemen Manajemen mengungkapkan rasa bahagianya. Ia mengucapkan, “Saya turut mendoakan agar ke depannya FEB UI semakin berjaya dan semakin sukses menggapai segala apa yang dicita-citakan.”
Perayaan Acara Puncak Dies Natalis FEB UI ke-73 semakin meriah dengan penampilan dari Michelle Sandrina yang mempersembahkan beberapa lagu untuk menghibur ratusan tamu dan sesi doorprize yang menambah semarak keseluruhan acara.
Penganugerahan Wirakarya Adhitama kepada Prof Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Ph.D.
Pada Acara Puncak Dies Natalis FEB UI ke-73, diberikan juga Penganugerahan Wirakarya Adhitama. Penghargaan ini ditujukan kepada tokoh FEB UI yang memiliki jasa besar dengan pengabdian bagi sivitas akademika FEB UI, serta bangsa dan negara tanpa putus dan kenal lelah. Tahun ini, penghargaan diberikan kepada Prof Dorodjatun Kuntjoro-Jakti atas jasa dan dedikasinya selama puluhan tahun kepada FEB UI dan perkembangan pembangunan ekonomi Indonesia. Banyak aktor-aktor hebat yang memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia lahir dari tangan hangat Profesor yang akrab disapa Prof. Djatun ini.
Sudah sejak lama Prof. Djatun mengabdikan dirinya bagi pembangunan Indonesia, baik ketika menjadi seorang akademisi maupun terjun ke dunia politik dan pemerintahan. Orang dengan julukan Mafia Berkeley ini pernah menjabat sebagai Direktur LPEM, Ketua Jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan, hingga menjadi Dekan FEB UI. Gelar sebagai Guru Besar juga ia raih dalam bidang Perencanaan Ekonomi serta Doktor Honoris Causa dari Universiti Teknologi Malaysia atas jasanya dalam mengelola krisis moneter 1998. Beliau juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat serta Menteri Koordinator Perekonomian pada Kabinet Gotong Royong
Prof. Ari Kuncoro selaku Rektor Universitas Indonesia turut memberikan ucapan selamat kepada Prof Dorodjatun mewakili dosen dan alumni. Prof. Ari ingat dengan jelas bagaimana Prof. Djatun selalu menanamkan bahwa konteks sangat penting untuk melihat permasalahan dari sudut pandang yang lebih besar, tidak hanya sekadar statistik saja.
“Waktu itu, Pak Djatun menanamkan bahwa studi lapangan itu perlu, hampir setiap proyek lapangan ada penelitiannya. Jadi, Pak Djatun sangat memperhatikan headline sehingga pada suatu kejadian menghasilkan suatu kesimpulan statistik yang menggambarkan lingkungan luar seperti apa, lingkungan usahanya seperti apa. Terima kasih telah menginspirasi kami, generasi muda pada waktu itu, kami akan meneruskan apa yang kami dapatkan tiga dekade yang lalu kepada junior kami, ” ucap Ari.
Prof. Darmin Nasution, Menteri Koordinator Perekonomian Kabinet Kerja periode 2015–2019, menceritakan bahwa beliau merupakan seorang dosen muda atraktif yang memiliki memiliki wawasan yang luas. Ia menjelaskan, “Prof. Djatun bukan hanya dosen pembimbing saya, tetapi beliau merupakan seorang aktivis dan minat yang luas. Beliau tidak hanya mengambil bidang ekonomi dan mendalami satu bidang itu saja, tetapi melebar. Prof. Djatun sangat terampil mengikuti dinamika blok-blok ekonomi di dunia, mendorong kita untuk memperhatikan dan mengetahui sesuatu.”
Prof Dorodjatun Kuntjoro-Jakti juga memberikan pidato mengenai perjalanan hidup hingga penganugerahan yang diberikan kepadanya. Ia menjelaskan bahwa sepanjang karirnya, free will yang ia miliki selalu kalah dengan bigger will untuk membangun Indonesia dalam bidang ekonomi.
Ia mengungkapkan, “Saya memulai kalimat bahwa by accident saya masuk ke fakultas ini karena awalnya saya ingin ke Teknik UI. SD sampai SMA saya di swasta, di sekolah yang paling sulit yakni Budi Utomo di Lapangan Banteng. Kami mendapatkan guru-guru yang memaksa kami untuk membaca HBS Belanda sebelum ujian. Jadi, proses pendidikan saya mengalami transisi dari Hindia Belanda ke Republik Indonesia, berawal dari FEB UI.”
Acara ditutup dengan closing remark dari Ari Kuncoro dengan penyampaian perjalanan FEB UI serta perkembangan perekonomian global serta terdapat pula penghormatan khusus untuk Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti.
Editor: Muhammad Zaky Nur Fajar, Anindya Vania, Muhammad Ramadhani
Discussion about this post