Dalam pemilihan Ketua Dekan pada tanggal 28 Oktober 2021, IKM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia telah menyelenggarakan kegiatan Pemaparan Visi dan Misi Bakal Calon Dekan secara daring melalui aplikasi Zoom. Kegiatan ini sendiri bersifat terbuka sehingga dapat dihadiri oleh seluruh mahasiswa FEB UI.
Kegiatan Pemaparan Visi dan Misi Bakal Calon Dekan telah dilaksanakan pada Kamis, 21 Oktober 2021 silam. Dimulai pada pukul 19.30 WIB, Ezni Balqiah selaku MC acara membuka acara dengan sambutan dari Ketua Panitia Seleksi Calon Dekan, Dr. Muhammad Chatib Basri, S.E.
Transparansi dalam Rangkaian Pemilihan
Dalam kesempatannya, Chatib turut memperkenalkan tim pengurus serta anggota panitia seleksi calon dekan, yaitu Dr. Tia Jasmina selaku sekertaris, Destry Damayanti, Robert Arthur Simanjuntak, Elvia Rosantina, dan Tengku selaku anggota, serta Prof. Abdul Haris selaku perwakilan dari rektorat. Pembentukan panitia ini telah dimulai sejak minggu kedua September 2021 secara resmi oleh Prof. Ari Kuncoro, Rektor Universitas Indonesia.
Sebelum memulai, Chatib memaparkan secara rinci mengenai tanggal dan urutan seleksi. “Sengaja saya menjelaskan mengenai mekanisme seleksi, untuk menjamin transparansi. Maka dari itu saya harap bahwa proses seleksi calon dekan FEB UI semoga bisa berjalan dengan sebaik-baiknya,” tutur beliau. Berikut adalah urutan waktu pelaksanaan proses seleksi:
- 20—24 September 2021, dilaksanakan sosialisasi bersama seluruh ILUNI FEB UI untuk menjaring minat calon dekan, tugas dari panitia seleksi adalah untuk mendorong dan mengajak para alumni untuk mendaftarkan diri.
- 27 September—8 Oktober 2021, berkas bakal calon akan melalui tahap verifikasi administrasi.Pada proses ini pula sudah terjaring tiga bakal calon dekan, yaitu Dr. Dodik Siswantoro, Siti Nuryanah, Ph.d, dan Teguh Dartanto, Ph.d.
- 15—18 Oktober 2021, dibuka ruang untuk publik sebagai tempat berdiskusi bersama dengan panitia calon dekan.
- 21 Oktober 2021, dilaksanakan pemaparan Visi dan Misi Calon Dekan kepada publik.
- 25—27 Oktober 2021, dilaksanakan wawancara kepada ketiga calon dekan.
- 28 Oktober 2021, akan dilaksanakan rapat penetapan oleh panitia yang kemudian akan dipublikasikan pada tanggal 29 Oktober.
- 29 Oktober 2021, hasil penetapan akan dikirimkan ke rektorat untuk memutuskan dan mengesahkan dekan.
Visi dan Misi Ketiga Bakal Calon Dekan
Pemaparan visi dan misi dimulai langsung oleh bakal calon pertama, Dr. Dodik Siswantoro. Beliau menyampaikan bahwa motivasinya untuk menjadi Dekan FEB UI. “Motivasi saya sebagai calon dekan yang pertama, Tri Dharma Perguruan tinggi, saya sudah menghasilkan 153 publikasi berupa buku, book chapter, makalah, dan proceeding, 5 hak cipta, dan mendapat 3 hibah pengabdian masyarakat,” ujar Dodik sebagai pembuka dalam pemaparannya.
Dodik juga menyampaikan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi fokus apabila ia terpilih menjadi dekan. Ketiga tersebut dirangkum melalui misi berikut :
- Ranking dan Publikasi
Dodik ingin meningkatkan tingkat ranking bagi FEB UI. “Ranking dan publikasi merupakan hal yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, tidak selalu publikasi dapat menaikan ranking. Publikasi di Business, Management and Accounting di UI untuk Scopus bahkan secara jumlah publikasi lebih besar dari NUS, NTU, dan University of Malaya. Namun, secara ranking, subject accounting and finance UI masih di bawah kampus lainnya, bahkan untuk tingkat nasional pun masih di bawah,” ungkap Dodik.
Menurut beliau, ada beberapa faktor lain yang mampu mempengaruhi tingkat ranking. “Hal ini dikarenakan ranking memperhatikan empat faktor lainnya yaitu academic reputation, employer reputation, research citations per paper, dan H-index, ” lanjut Dodik. Beliau juga memaparkan bahwa jika beliau terpilih maka keempat faktor utama ranking akan menjadi pusat perhatian.
- Entrepreneur University
Dodik menekankan keinginannya dalam menciptakan suasana FEB UI sebagai Entrepreneur University dengan mengadakan dua program studi baru, yaitu Kewirausahaan dan Bisnis Digital. Dodik mengharapkan bahwa FEB UI dapat menjadi pioneer dalam program studi Bisnis Digital.
Dodik juga akan memaksimalkan semester yang ada. “Terdapat 3 semester Merdeka Belajar untuk Entrepreneur University. Beberapa kampus sudah menerapkan hal ini selama kurang lebih satu tahun, jadi bisa kita contoh untuk mencapai tujuan Entrepreneur University. Kemudian kerjasama dengan pihak lain, seperti menjadi konsultan lab, mitra, dan pihak lain untuk menjadi mitra perkembangan Entrepreneur University,” terang Dodik.
- Isu
Perubahan IklimHal yang menjadi perhatian adalah Es di kutub utara dan selatan sudah tidak ada lagi kemudian terdapat Paris Agreement yaitu menurunkan 1-2% suhu bumi dan yang ketiga adalah sosialisasi UI Greenmetric. “UI memiliki Greenmetric, ini harus disosialisasikan kepada sivitas akademika di dalam kampus maupun di dalam kurikulum sehingga menjadi internalisasi dan pengusung peduli lingkungan,” ungkap Dodik sebagai penutup.
Pemaparan visi dan misi dilanjutkan oleh bakal calon selanjutnya, yaitu Siti Nuryanah Ph.D. Beliau telah menyelesaikan Strata Satu dan Dua Akuntansi di Universitas Indonesia, kemudian melanjutkan S2 dan S3 di Victoria University dengan mengambil fokus Akuntansi. Siti menyampaikan bahwa seluruh visi FEB UI sebagai entrepreneurial university dapat disokong dan berkembang dengan baik apabila memperhatikan ketiga poin yang akan beliau jadikan visi misi utamanya:
- Education
Siti menyatakan bahwa masih terdapat banyak kesempatan yang dimiliki oleh FEB UI agar bisa bersaing dengan universitas dunia, dimulai dengan relasi dan kerjasama yang dimiliki, sumber daya manusia yang ada, serta beberapa hal lainnya. “Kebutuhan dari Graduate FEB UI itu seperti apa, memiliki soft-skill, interpersonal skill, critical thinking analysis, leadership. Ini dapat dicapai dengan apa dan seperti apa.”
Siti juga merasa bahwa dengan semakin berkembangnya zaman bisa jadi bahwa course di FEB UI bisa dilakukan tanpa harus tatap muka, sehingga bersifat lebih fleksibel dan dapat diakses dimanapun. “Kebijakan UI yang utama adalah Massive Open Online Courses sehingga kita bisa menjangkau audience yang lebih jauh, pendidikan inklusif,” tambah Siti pada paparannya.
Beliau menegaskan bahwa FEB UI sudah berhasil banyak menghasilkan human capital. Sayangnya, hal tersebut tidak dapat menjadikan kita diakui melalui ranking, dikarenakan bentuk ranking sendiri memiliki ketentuan dimana jika suatu universitas ingin dinyatakan sebagai Entrepreneurial University maka Universitas harus diseimbangi dengan Industri yang mumpuni.
- Research
Tingkat sitasi FEB UI sendiri dirasa oleh Siti masih sangat rendah. Oleh karena itu, beliau akan menekankan pengembangan media untuk mendukung sitasi dan publikasi internasional. “Kita buat semacam klinik riset ya, research hub, tapi kita kasih tuh asisten-asisten yang meranin data, collection data,” tutur Siti. Dengan merekrut para mahasiswa dalam prosesnya, hal ini diharapkan mampu menjadi wadah pelatihan mengenai dasar pelaksanaan penelitian.
- Strategic Competencies dan Monetisasi
Langkah ini dapat dilaksanakan melalui peningkatan mutu dan komitmen dari akademisi FEB UI dengan pemberian pelatihan khusus. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan Sipeg UI. Adapun dalam monetisasi, Siti mengajukan saran untuk memanfaatkan kekayaan intelektual. “Youtube misalkan, seluruh penelitian kita bisa kita salurkan, kita viralkan, dan mudah-mudahan bisa dimonetisasi,” ungkapnya.
Pemaparan terakhir disampaikan oleh Teguh Dartanto, Ph.D. Beliau memaparkan visi misi dengan tema Membangun FEB UI yang Inklusif, Relevan, dan Bereputasi. “Delapan tahun saya menjadi dosen, tujuh tahun saya menjadi Administrator di kampus hingga menjadi Pejabat dekan. Selama itu saya bertemu dengan banyak pengalaman bertemu dengan banyak orang, banyak generasi, dari pemerintah, scholar, dan banyak pihak lainnya. Dari berbagai interaksi tersebut, saya simpulkan tiga harapan dari para Stakeholder ini adalah History, Legacy, dan Bright Future,” tegas Teguh.
Beliau menjelaskan bahwa beliau tidak akan mengganti visi misi yang sudah ada. “Mengenai Visi dan Misi saya hanya akan melanjutkan dan merealisasikan Visi dan Misi yang sudah ada, saya tidak akan mengganti karena baru saja diganti awal tahun sebagai AACSB Concern. Saya tidak akan merubah dikarenakan pertama, FEB UI berada dalam akhir proses akreditasi AACSB, dimana akan ada visitasi ditahun depan pada tahun 2022, pengubahan Visi dan Misi dapat menghambat proses ini.”
Teguh juga menyampaikan alasan lainyya untuk tidak mengganti visi dan misi yang sudah ada. “Ada sustainability keberlanjutan berbagai program sedang diinisiasi, dosen kontrak, beasiswa dosen S3, CELEB, itu harus dikawal agar bisa mekar dan berkembang, lanjutnya. Adapun untuk mencapainya Teguh memiliki tiga strategi, yaitu Excellent, Innovative Learning and Teaching, Quality and Impactful Research, serta Community and Industrial Engagement.
Beliau menekankan bahwa untuk menjalankan program yang ditawarkan dibutuhkan perbaikan. “Bagaimanapun juga, program yang saya tawarkan itu membutuhkan sebuah ekosistem dan kita harus jujur mengakui bahwa kita harus memperbaiki continuous improvement terkait dengan ekosistem sumberdaya manusia, sistem dan organisasi, keuangan N-Helix collaboration. Dari sisi dosen masalah utamanya adalah dosen S3 masih kurang targetnya adalah 70-75%,” jelas Teguh berdasarkan tantangan FEB UI yang ada saat ini.
Acara Pemaparan Visi Misi Calon Dekan FEB UI Periode 2021-2024 diakhiri dengan sesi tanya jawab dimana pertanyaan diajukan oleh para panelis dan publik. Pertanyaan pada sesi tanya jawab panelis diajukan oleh Prof. Mari Elka Pangestu, Ph.D., Prof. Bambang P. S. Brodjonegoro, Ph.D., dan Eri Reksoprodjo, S. E., M.B.A. Topik yang diajukan antara lain mengenai rencana kerja sama dengan pihak luar, isu mendasar di FEB UI dan quick win-nya, pembentukan kabinet, strategi untuk menjaga best talent dosen, pengembangan program studi, unsur penting bagi dekan, dan pengembangan digital platform bagi ILUNI.
Pada sesi tanya jawab bersama publik, mahasiswa sendiri sempat mempertanyakan kesiapan FEB UI dalam menghadapi perkuliahan secara offline. Menanggapi hal tersebut, setiap calon dekan memiliki jawaban yang cukup seragam dimana ketiganya setuju bahwa kegiatan belajar hybrid harus disegerakan. “Waktu itu kami survei, kami juga ajak mahasiswa berdiskusi bagaimana model kuliah yang diinginkan. Semester depan kami juga akan melakukan hal yang sama, bagaimana mahasiswa keinginannya dan seperti apa. Kesimpulannya adalah semester depan pasti hybrid, tetapi akan melalui diskusi dengan mahasiswa terlebih dahulu,” tutur Teguh.
Editor: Maurizky Febriansyah, Hafsha Pia Sheridan, Muhammad Ramadhani, Muhammad Zaky Nur Fajar
Discussion about this post