Introduction
Sekitar 26% perempuan pernah mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual oleh pasangannya. Penelitian ini menyelidiki faktor sosial dan ekonomi terkait kekerasan serta dampaknya terhadap ekonomi dan masyarakat. Penelitian ini melihat bagaimana kekerasan oleh pasangan memengaruhi kemampuan perempuan untuk bekerja. Studi menunjukkan efek campuran, di mana pemberdayaan ekonomi perempuan bisa mengurangi kekerasan atau justru memicu reaksi negatif dari pasangan laki-laki.
Background
Teori instrumental menyatakan bahwa pria menggunakan kekerasan untuk mengontrol atau mengekstrak sumber daya perempuan, sementara teori ekspresif menyoroti kekerasan sebagai cara untuk mengekspresikan frustasi. Hal ini tercermin dalam penelitian, di mana kekerasan domestik di India dan Meksiko menunjukkan peningkatan setelah pembayaran tunjangan. Namun, dampaknya dapat bervariasi pada partisipasi perempuan dalam angkatan kerja (LFP)
Dalam beberapa kasus, kekerasan dapat mendorong perempuan untuk mencari pekerjaan demi mendapatkan kemandirian finansial atau mengurangi paparan kekerasan di rumah. Namun, ada juga dampak negatif, di mana kekerasan dapat membatasi peluang kerja perempuan dan mempertahankan ketergantungan mereka pada suami. Oleh karena itu, hubungan antara kekerasan dalam rumah tangga dan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja sangat kompleks dan membutuhkan investigasi yang cermat terhadap dinamika yang mendasarinya.
Data and empirical specification
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari survei tahun 2008 dan 2014 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga terhadap Perempuan di Turki (NRDVW) yang dilakukan oleh Institut Studi Populasi Universitas Hacettepe dan didanai oleh Kementerian Keluarga dan Kebijakan Sosial Turki serta Direktorat Jenderal Status Perempuan (NRDVW, 2008, NRDVW, 2014).
Survei ini dilakukan pada wanita yang pernah berada dalam hubungan intim dan berusia 15-59 tahun. Penggunaan data dari dua survei dilakukan untuk mengatasi masalah sampel yang lebih kecil pada survei tahun 2014. Survei menggunakan pertanyaan serupa dan menggunakan bobot untuk memperhitungkan desain sampel. Survei menyediakan informasi tentang karakteristik wanita dan pasangan mereka serta kekerasan yang dialami. Analisis yang dilakukan hanya melibatkan wanita yang saat ini menikah dan hanya pernah menikah sekali dengan fokus pada partisipasi tenaga kerja dan kekerasan dalam rumah tangga.
Analisis ini mencakup sejumlah kovariat yang umumnya terkait dengan partisipasi tenaga kerja perempuan. Untuk perempuan, kovariat tersebut meliputi usia dan usia kuadratnya, status pendidikan tinggi (sekolah menengah atau lebih tinggi), wilayah tempat tinggal, dan status pekerjaan suami.
Selain itu, variabel dummy untuk pendidikan tinggi suami, konsumsi alkohol oleh suami, status pekerjaannya, dan karakteristik rumah tangga seperti jumlah anak dan ukuran rumah tangga juga dimasukkan dalam analisis. Norma sosial dan nilai-nilai tradisional juga dipertimbangkan dalam kaitannya dengan partisipasi tenaga kerja perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga. Data survei juga mencakup pertanyaan yang mengukur sikap perempuan terhadap peran gender tradisional.
Untuk menguji hubungan antara partisipasi angkatan kerja dan kekerasan pasangan (IPV), diestimasi melalui model dibawah ini:
Parameter kunci dalam persamaan di atas adalah koefisien dari IPV. Hal ini menggambarkan hubungan antara partisipasi angkatan kerja dan kekerasan oleh pasangan. Namun, terdapat kemungkinan bahwa IPV mungkin merupakan variabel endogen. Untuk mengatasi endogenitas ini dilakukan estimasi linear two-stage least squares (2SLS).
Penelitian ini menghadapi tantangan simultanitas yang diatasi dengan pendekatan IV, serta kemungkinan endogenitas lain seperti seleksi non-acak ke dalam hubungan kekerasan dan bias variabel tersembunyi. Kumpulan kontrol yang luas termasuk karakteristik perempuan, pasangan, rumah tangga, dan norma sosial, mengurangi kemungkinan sumber endogenitas.
Terdapat dua instrumen, yakni pengalaman ibu perempuan terhadap IPV dan pengalaman suami terhadap kekerasan, yang didukung oleh literatur tentang transmisi kekerasan antar-generasi. Hasilnya menunjukkan korelasi positif antara IPV yang dihadapi perempuan dengan kedua variabel instrumen. Artinya, hasil ini menunjukkan kemungkinan pengaruh perempuan yang terpapar kekerasan masa kecil terhadap kekerasan dalam rumah tangga di kemudian hari.
Menilik tabel 3 di bawah, hasil analisis menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara pengalaman kekerasan dalam rumah tangga oleh perempuan dengan variabel instrumental yang diusulkan, yaitu pengalaman kekerasan yang dialami oleh ibu dan suami mereka. Ini mengindikasikan upaya untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin memengaruhi hubungan antara partisipasi tenaga kerja perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Results
Analisis dimulai dengan mengestimasi Model Probabilitas Linier (LPM) tanpa koreksi untuk potensi endogenitas Kekerasan dalam Rumah Tangga (KRT).
Hasil yang disajikan dalam kolom pertama Tabel 4 menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara KRT dan Partisipasi Tenaga Kerja (PTK) perempuan.
Peningkatan satu standar deviasi dalam intensitas KRT berkorelasi dengan peningkatan sebesar 2,3% dalam kemungkinan PTK. Kovariat sesuai dengan ekspektasi: pendidikan perempuan yang lebih tinggi berkorelasi dengan peningkatan PTK, sementara faktor seperti jumlah anak dan ukuran rumah tangga menunjukkan hubungan negatif. Kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan oleh indeks aset berkorelasi negatif dengan PTK perempuan. Konsumsi alkohol oleh suami yang kemungkinan akan membebani keuangan rumah tangga meningkatkan probabilitas perempuan memasuki pasar tenaga kerja. Tidak ditemukan hubungan antara pendidikan suami dan PTK perempuan, namun terdapat hubungan positif antara status pasar tenaga kerja suami (dalam bentuk apa pun) dan PTK perempuan. Norma sosial regional tidak memiliki hubungan signifikan dengan PTK perempuan. Sesuai dengan statistik deskriptif, koefisien untuk tempat tinggal perkotaan bersifat negatifyang mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat pekerja keluarga yang tidak dibayar di daerah pedesaan.
Hasil analisis menggunakan variabel instrumental memanfaatkan literatur tentang transmisi kekerasan antar-generasi. Dua variabel dipertimbangkan sebagai instrumen potensial: pengalaman ibu terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga (KRT) dan pengalaman suami terhadap kekerasan. Melalui reduced-form regression, validitas instrumen diuji dengan menyertakan instrumen langsung dalam persamaan Partisipasi Tenaga Kerja Perempuan (PTK). Temuan menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara pengalaman kekerasan oleh suami dan ibu dengan PTK perempuan.
Analisis 2SLS mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan, status pekerjaan suami, dan kekayaan rumah tangga bertindak sebagai penolak terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga. Konsumsi alkohol suami juga terkait dengan KRT yang lebih tinggi. Namun, KRT tidak terkait dengan jumlah anak di bawah usia 5 tahun, tetapi meningkat dengan jumlah anak usia sekolah. Hasil regresi tahap pertama menunjukkan signifikansi statistik dan kecocokan teoritis instrumen.
Robustness checks menyimpulkan bahwa kedua instrumen lolos uji statistik. Pertimbangan juga dilakukan untuk kemungkinan instrumen gagal memenuhi batasan eksklusi. Meskipun potensi masalah diakui, pendekatan variabel instrumental yang tidak sempurna digunakan. Ini menegaskan bahwa KRT meningkatkan PTK perempuan, bahkan ketika exclusion restriction dilepas.
Potential Mechanisms
Pada bagian ini, potential mechanisms digunakan untuk menjelaskan hubungan positif antara Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan partisipasi angkatan kerja perempuan (PAKP) . Salah satu mekanisme mengusulkan bahwa perempuan mungkin mencari pekerjaan untuk mengurangi paparan terhadap pasangan yang melakukan kekerasan. Hal ini dikarenakan KDRT kerap terjadi di rumah, di mana jarak fisik terbatas dan peluang untuk melarikan diri atau mendapatkan bantuan terhambat. Namun, argumen ini saja tidak sepenuhnya menjelaskan hubungan tersebut. Mekanisme lain, berdasarkan teori instrumental kekerasan, mengusulkan bahwa laki-laki menggunakan kekerasan untuk mengendalikan sumber daya rumah tangga, termasuk hasil ekonomi perempuan. Hal ini dapat memaksa perempuan untuk melakukan kegiatan penghasilan, bahkan dalam situasi pekerjaan keluarga yang tidak dibayar.
Untuk menguji mekanisme tersebut, berbagai model diestimasi. Hasilnya menunjukkan bahwa KDRT meningkatkan probabilitas perempuan menjadi pekerja berupah dan mandiri, sesuai dengan argumen pengurangan paparan/exposure reduction. Namun, hubungan tersebut tidak signifikan untuk perempuan yang mencari pekerjaan atau memulai pekerjaan, menunjukkan bahwa pengurangan paparan mungkin bukan satu-satunya pendorong hubungan tersebut. Selain itu, analisis yang fokus pada perempuan yang suaminya bekerja di luar rumah sebagian mendukung mekanisme pengurangan paparan.
Studi ini juga meneliti kemungkinan KDRT memengaruhi Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan (PAKP) melalui kontrol atas pendapatan perempuan oleh suami mereka. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kontrol suami atas pendapatan perempuan dan KDRT, mendukung mekanisme rent extraction. Terakhir, dampak potensial KDRT terhadap PAKP perempuan melalui kesehatan mental dipertimbangkan. Meskipun distres mental mungkin memoderasi efek KDRT terhadap PAKP perempuan, hubungan tersebut kompleks dan investigasi lebih lanjut diperlukan karena kemungkinan endogenitas kesehatan mental.
Concluding discussion
Kekerasan terhadap perempuan (IPV) memengaruhi partisipasi tenaga kerja perempuan secara signifikan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif antara IPV dan partisipasi tenaga kerja perempuan yang stabil dalam berbagai pengukuran kekerasan. Dua mekanisme utama dieksplorasi: exposure reduction dan rent extraction. Perempuan yang terpapar IPV mungkin mencari pekerjaan untuk mengurangi waktu dengan pasangan yang kekerasan dan memperoleh kemandirian finansial. Namun, kekerasan juga dapat digunakan oleh suami untuk mengontrol sumber daya perempuan, terutama pendapatan mereka. Hasil ini menggarisbawahi kompleksitas hubungan IPV dengan partisipasi angkatan kerja perempuan, menekankan perlunya pendekatan kebijakan yang hati-hati dan multidimensional untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan dan memfasilitasi partisipasi tenaga kerja perempuan tanpa meningkatkan risiko eksploitasi tambahan.
Review
Penelitian tentang dampak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap partisipasi tenaga kerja perempuan (PAKP) penting dalam konteks sosial dan ekonomi. Temuan menunjukkan adanya hubungan positif antara KDRT dan PAKP dengan mekanisme potensial seperti pengurangan paparan (exposure reduction) dan ekstraksi sewa (rent extraction). Meskipun perempuan mungkin mencari pekerjaan untuk mengurangi paparan KDRT dan mencapai kemandirian finansial, suami juga dapat menggunakan kekerasan untuk mengendalikan sumber daya perempuan, termasuk pendapatan mereka. Hasil ini menegaskan kompleksitas hubungan antara KDRT dan PAKP, menyoroti perlunya pendekatan kebijakan multidimensional untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan dan memfasilitasi partisipasi tenaga kerja perempuan tanpa meningkatkan risiko eksploitasi tambahan. Namun, penelitian ini memiliki kelemahan dalam mengendalikan faktor-faktor yang mungkin memengaruhi hubungan antara KDRT dan PAKP, seperti pengaruh norma sosial dan faktor-faktor lain yang tidak terukur sepenuhnya. Oleh karena itu, penelitian lanjutan diperlukan untuk memahami dinamika yang lebih mendalam dari hubungan tersebut.
Reviewed from:
Gedikli, C., Popli, G., & Yilmaz, O. (2023). The impact of intimate partner violence on women’s labour market outcomes. World Development, 164, 106166. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2022.106166
Editor: Nurul Sekararum, Manuel Exaudi, Kornelius Pardosi
Ilustrasi oleh: Syifa Carla
Discussion about this post