“Good marketers see consumers as complete human beings with all the dimensions real people have.”
Begitu kiranya salah satu kutipan yang diucapkan oleh salah satu penulis, pebisnis, pembicara, pemasar sekaligus pendiri dan CEO dari Free Range Studios asal New York, Jonah Sachs. Pemasaran memiliki pengaruh kuat dalam berbagai aspek terutama perkembangan bisnis dan ekonomi. Seperti yang kita ketahui, makna dari pemasaran atau yang akrab dikenal dengan sebutan marketing ini bukan hanya menjual (to sales) dengan jangka pendek, melainkan juga memasarkannya dengan dimensi jangka panjang. Marketing berbicara mengenai bagaimana suatu barang/jasa yang ingin dipasarkan ini dapat memenuhi aspek keberlanjutan. Marketing ini sendiri tentu memiliki banyak pendekatan untuk mencapai tujuannya.
Pendekatan yang ingin dibahas lebih lanjut yaitu mengenai psikologi pemasaran. Sesuai dengan jabaran teori Plato, bahwasanya seseorang dapat mengambil sebuah keputusan tidak hanya berdasarkan rasional, tetapi juga emosional. Psikologi pemasaran tentunya beririsan dengan perilaku konsumen. Seperti yang kita amati, seorang konsumen mengambil sebuah keputusan untuk membeli sebuah produk/jasa yang ternyata didasari oleh berbagai faktor yang tidak hanya berdasarkan rasionalitas. Menurut Renvoise dan Morin (2007), dalam bukunya yang berjudul Neuromarketing, menjelaskan bahwa apabila sebuah perusahaan memiliki teknologi dan solusi terbaik tidak menjamin peluang yang selalu bagus. Temuan menarik yang dibahas di buku mereka adalah sebuah penelitian otak khususnya otak lama yang menunjukkan pengambilan sebuah keputusan yang sebenarnya. Hal ini akan meningkatkan efektivitas dalam mengomunikasikan ide atau menjual suatu produk. Pada pembahasan proses pengambilan keputusan ini juga dijelaskan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa manusia membuat keputusan secara emosional dan kemudian seringkali membenarkannya secara rasional. Terlebih lagi, keputusan akhir sebenarnya dipicu oleh otak lama yang merupakan otak yang bahkan tidak memahami kata-kata.
Perkembangan bisnis pada sebuah produk kecantikan mengalami perkembangan yang begitu pesat yang memengaruhi perubahan besar pada pasar. Beragam produk kecantikan hadir untuk menjawab kebutuhan konsumen. Ini juga menyebabkan semakin besar pula persaingan kompetitor. Namun yang terjadi saat ini adalah konsumen semakin selektif memilih produk yang akan mereka gunakan. Oleh karena itu produsen brand kecantikan harus lebih mendalami sektor kebutuhan konsumen dengan jelas. Berbagai persaingan produk dari brand kecantikan ini salah salah satu merk yang cukup terkenal di Indonesia yaitu Scarlett Whitening.
Scarlett Whitening didirikan oleh artis bernama Felicya Angelista pada tahun 2017. Scarlet Whitening menyediakan berbagai produk kecantikan, seperti Body Lotion, Body Scrub, Facial Wash, Shower Scrub, Moisturizer, dan Serum1Yulistiara, E. (2021) ‘PENGARUH BRAND SCARLETT, CITRA MEREK, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI ERA NEW NORMAL ( Studi Pada Konsumen Scarlett di Kabupaten Pringsewu)’, Skripsi, p. 62.. Sejak didirikan, Scarlett Whitening telah terus melakukan inovasi dan bertekad untuk menyajikan produk perawatan kulit berkualitas tinggi kepada pelanggan. Dengan penekanan pada perawatan kulit yang mencerahkan dan pendekatan pemasaran yang efisien, merek ini berhasil membangun reputasi yang kuat di sektor kecantikan2Suryaningsih, S. and Ningtias, A. (2023) ‘Komunikasi Pemasaran Digital Produk Skincare Scarlett Whitening dengan Brand Ambassador EXO’, pp. 1074–1082.. Adanya persaingan yang sengit mendorong perusahaan untuk merancang strategi yang dapat menjaga kesetiaan konsumen dan mencegah konsumen beralih ke produk pesaing3Jonathan, J. and George Nicholas Huwae, G. N. H. (2022) ‘Pengaruh Daya Tarik Iklan Dan Brand Ambassador Song Joong Ki Terhadap Brand Image Scarlett Whitening’, JKOMDIS : Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Media Sosial, 2(1), pp. 156– 163. doi: 10.47233/jkomdis.v2i1.271.. Selain keunggulan produk, strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan brand awareness yaitu melalui strategi komunikasi pemasaran. Scarlett Whitening melakukan strategi pemasaran yang kuat untuk mengenalkan brand mereka kepada pasar. Scarlett Whitening memanfaatkan platform media sosial serta melakukan kerjasama dengan para influencer dan para ahli kecantikan untuk meningkatkan brand awareness dan memperluas jangkauan produk di pasar4Suryaningsih, S. and Ningtias, A. (2023) ‘Komunikasi Pemasaran Digital Produk Skincare Scarlett Whitening dengan Brand Ambassador EXO’, pp. 1074–1082..
Saat ini, strategi produk kecantikan yang banyak digunakan oleh beberapa perusahaan untuk meningkatkan loyalitas konsumen yaitu bekerja sama dengan beberapa artis ternama dari dalam maupun luar negeri. Seperti yang kita ketahui, Negara Korea mempunyai standarisasi kecantikan yang diakui oleh negara, termasuk Indonesia. Banyak dari brand kecantikan Indonesia yang mengikuti dan mempelajari proses pembuatan skincare atau produk kecantikan dari Negara Korea. Selain itu, standarisasi kecantikan di negara Korea ditandai dengan banyaknya idol Korea yang banyak digemari oleh fans dari Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan strategi marketing yang diadopsi oleh Scarlett Whitening yaitu dengan merekrut brand ambassador.
Brand ambassador adalah pendukung iklan atau disebut juga juru bicara produk yang dipilih dari orang terkenal atau orang tidak dikenal yang memiliki penampilan atau pribadi menarik untuk menarik perhatian dan ingatan konsumen. Scarlett Whitening telah melakukan kerjasama dengan berbagai brand ambassador dari dalam dan luar negeri. Salah satu brand ambassador yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan penjualan dan pendapatan Scarlett Whitening, yaitu boyband KPOP bernama EXO. EXO dipilih sebagai brand ambassador untuk produk Scarlett Whitening dengan berbagai alasan, seperti popularitas dan citra positif yang dimiliki oleh EXO, kredibilitas dan kepercayaan, serta daya tarik pasar yang luas karena EXO mempunyai banyak idola dari berbagai kalangan usia5Suryaningsih, S. and Ningtias, A. (2023) ‘Komunikasi Pemasaran Digital Produk Skincare Scarlett Whitening dengan Brand Ambassador EXO’, pp. 1074–1082.. Ketepatan Scarlett Whitening dalam memilih EXO sebagai brand ambassador dapat dibuktikan dengan adanya rekor pembelian sebanyak lebih kurang 1 miliar revenue dengan penjualan produk melalui live TikTok Shop. Perkembangan era globalisasi ini menuntut perusahaan untuk dapat memanfaatkan aspek terutama dalam mengomunikasikan nilai-nilai yang ingin disampaikan ke taget pasar6Maulana, M.H.H., 2020. THE EFFECT OF EMOTIONAL MARKETING ON DONATION INTENTION (STUDY ON ADVERTISING IN KITABISA. COM CROWDFUNDING MEDIA PLATFORM). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 8(2). Komunikasi pemasaran menjadi kunci dan memiliki pengaruh besar untuk mengatur media-media persuasi dan informasi yang bertujuan memperkenalkan dan menyebarkan sebuah produk/jasa. Seorang pemasaran tentu harus mengetahui dengan jelas alat atau pendekatan yang paling cocok untuk menyampaikan nilai-nilai dan tujuan dari produk tersebut. Pada era postmodern ini, banyak brand kecantikan mulai melakukan pergeseran sistem komunikasi pemasaran yaitu dengan pendekatan personal atau yang biasa kita kenal dengan kejiwaan atau emosional.
Sikap afektif menjadi dasar sebuah respon emosional yang dilakukan oleh individu. Menurut Van Trijp, dkk7Van Trijp, H., Hoyer, W. and Inman, J., 1996. Why Switch? Product level Explanation for true Variety-Seeking Behavior, Journal of The Market Research Society, Vol. XXVI., sikap ini timbul dari adanya pengamatan yang berdasarkan isyarat yang ditangkap oleh suatu objek. Ini akan memunculkan perasaan yang terjadi secara tiba-tiba dengan mendorong emosinya. Sikap tersebutlah yang memengaruhi seseorang dalam merespon atau mengambil keputusan terhadap suatu brand melalui sebuah iklan. Neuromarketing: The New Science of Consumer Behavior, Christophe Morin dan Patrick Renvoise pada penelitiannya menyampaikan juga bahwa emosi merupakan model yang kuat dan sebagai mediator untuk memahami dan memproses respon yang kognitif. Respon kognitif adalah reaksi atau tanggapan mental yang timbul dalam pikiran seseorang terhadap rangsangan atau informasi yang diterimanya. Ini mencakup proses berpikir, penilaian, pemahaman, interpretasi, dan pengolahan informasi yang terjadi dalam pikiran seseorang. Respon kognitif sangat terkait dengan aktivitas otak dan proses mental yang terlibat dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, belajar, dan proses berpikir lainnya.
Teori ini membentuk kesimpulan bahwa pendekatan emosional merupakan aspek penting yang dapat menjamin kestabilan ikatan dan interaksi yang baik. Pendekatan pemasaran yang melibatkan elemen-elemen seperti stimulus auditory, stimulus visual, sumber pesan yang menarik (message framing), dan adegan emosional dapat meningkatkan daya tarik dan efektivitas kampanye pemasaran. Ini melibatkan penggunaan elemen-elemen tersebut dalam konteks pemasaran untuk mencapai tujuan tertentu dalam mengkomunikasikan pesan dan mempengaruhi perilaku konsumen. Contohnya seperti Stimulus visual. Penggunaan elemen visual dalam pemasaran sangat umum. Ini mencakup penggunaan gambar, video, ilustrasi, warna, dan desain grafis untuk mempengaruhi persepsi dan respon konsumen. Visual yang menarik dan relevan dapat membantu dalam menangkap perhatian audiens, menjelaskan produk atau layanan, serta menciptakan kesan yang kuat terhadap merek. Dengan hadirnya Brand Ambassador KPOP EXO menjadikan nilai tambah yang tinggi.
Visual yang dipancarkan oleh idol asal korea tersebut menjadikan ketertarikan sendiri dan menciptakan kesan yang kuat terhadap merek terutama segmen pasarnya yaitu EXO-L. Message framing adalah cara pesan pemasaran disusun atau dirancang untuk mempengaruhi persepsi audiens. Ini bisa berupa pesan yang difokuskan pada manfaat positif produk atau pesan yang menekankan konsekuensi negatif jika tidak menggunakan produk. Message framing dapat mempengaruhi cara audiens memandang suatu isu atau produk. Kampanye multimedia dengan tagline adalah contoh bagaimana pesan-pesan ini dapat dikemas dengan cerdas untuk mencapai dampak yang diinginkan. Bayangkan saja, Scarlett mampu meningkatkan brand awareness yang cukup tinggi ketika mereka merekrut EXO sebagai brand ambassadornya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis berharap memberikan gambaran baru mengenai perspektif neuromarketing. Psikologi pemasaran tentunya beririsan dengan perilaku konsumen. Seperti yang kita amati, seorang konsumen mengambil sebuah keputusan untuk membeli sebuah produk/jasa yang ternyata didasari oleh berbagai faktor yang tidak hanya berdasarkan rasionalitas. sebuah perusahaan memiliki teknologi dan solusi terbaik tidak menjamin peluang yang selalu bagus. Temuan menarik yang dibahas di buku mereka adalah sebuah penelitian otak khususnya otak lama yang menunjukkan pengambilan sebuah keputusan yang sebenarnya. strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan brand awareness yaitu melalui strategi komunikasi pemasaran. Scarlett Whitening melakukan strategi pemasaran yang kuat untuk mengenalkan brand mereka kepada pasar.endekatan pemasaran yang melibatkan elemen-elemen seperti stimulus auditory, stimulus visual, sumber pesan yang menarik.
Foto oleh Koreaboo
Editor: Muhammad Rafly Fadhly Putra
Referensi
↵1 | Yulistiara, E. (2021) ‘PENGARUH BRAND SCARLETT, CITRA MEREK, DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI ERA NEW NORMAL ( Studi Pada Konsumen Scarlett di Kabupaten Pringsewu)’, Skripsi, p. 62. |
---|---|
↵2, ↵4, ↵5 | Suryaningsih, S. and Ningtias, A. (2023) ‘Komunikasi Pemasaran Digital Produk Skincare Scarlett Whitening dengan Brand Ambassador EXO’, pp. 1074–1082. |
↵3 | Jonathan, J. and George Nicholas Huwae, G. N. H. (2022) ‘Pengaruh Daya Tarik Iklan Dan Brand Ambassador Song Joong Ki Terhadap Brand Image Scarlett Whitening’, JKOMDIS : Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Media Sosial, 2(1), pp. 156– 163. doi: 10.47233/jkomdis.v2i1.271. |
↵6 | Maulana, M.H.H., 2020. THE EFFECT OF EMOTIONAL MARKETING ON DONATION INTENTION (STUDY ON ADVERTISING IN KITABISA. COM CROWDFUNDING MEDIA PLATFORM). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 8(2). |
↵7 | Van Trijp, H., Hoyer, W. and Inman, J., 1996. Why Switch? Product level Explanation for true Variety-Seeking Behavior, Journal of The Market Research Society, Vol. XXVI. |
Discussion about this post