Seorang mahasiswa yang terbaring lemah di kamar indekosnya meraih ponsel pintarnya dan membuka sebuah situs pencari di internet. Dengan tangan bergetar, ia mulai mengetik gejala-gejala penyakit yang ia alami beberapa hari belakangan ini: kepala yang terasa ditusuk dan berputar-putar, demam tinggi, dan batuk berdahak. Tak lama kemudian, muncullah hasil pencarian web yang menyatakan dirinya terjangkit penyakit kanker. Bukannya menemukan jawaban atas penyakitnya, demamnya malah semakin tinggi.
Skenario di atas, yang merupakan self-diagnosing, seharusnya tidak perlu lagi terjadi di era digital yang serba praktis ini. Berbagai jasa ditawarkan kepada konsumen melalui aplikasi berbasis internet, termasuk konsultasi kesehatan. Layanan konsultasi kesehatan yang sebelumnya harus dilakukan secara tatap muka kini difasilitasi sedemikian rupa lewat fitur komunikasi online dengan dokter. Terobosan ini diakui sebagai salah satu inovasi digital, terutama dalam penghematan biaya dan efisiensi. Meski begitu, keetisan konsultasi kesehatan yang dilakukan secara online masih dipertanyakan di dunia medis. Sebenarnya apa saja potensi dan kontroversi inovasi ini?
Digitalisasi Konsultasi Kesehatan Sebagai Solusi
Layanan konsultasi kesehatan online ini merupakan terobosan baru dalam dunia medis. Kemunculan layanan konsultasi kesehatan online berawal dari upaya untuk meningkatkan aksesibilitas akan fasilitas kesehatan. Gagasan awal yang mendasari terobosan ini adalah solusi dari keterbatasan akses tenaga medis bagi pasien dari seluruh penjuru negara. Peningkatan aksesibilitas ini dapat dicapai dengan penggunaan chat, telepon, atau video call.
Skema penggunaan layanan konsultasi kesehatan online tidaklah rumit. Pasien memilih tenaga medis ahli yang sesuai dengan keluhannya, kemudian dapat melakukan konsultasi kesehatan dengan media-media tersebut. Selanjutnya, pasien akan dikirimkan tagihan sesuai tarif jasa tenaga medis tersebut. Dengan layanan konsultasi kesehatan online, pasien dan dokter diuntungkan dari segi biaya, kenyamanan aksesibilitas, peningkatan privasi dan komunikasi. Di Indonesia, layanan konsultasi kesehatan online diakomodasi oleh aplikasi Halodoc, Alodokter, Practo, ApaSakitKu, dll.
Solusi yang Menawarkan Efisiensi
Menurut Singh (2018), digitalisasi layanan konsultasi kesehatan menawarkan efisiensi yang dapat menguntungkan baik tenaga medis maupun pasien. Pertama, layanan konsultasi kesehatan online menawarkan kemudahan bagi kedua belah pihak. Dewasa ini, komputer dan ponsel pintar bukanlah barang mewah. Hanya dengan menggunakan gawai yang memiliki akses internet, pasien dapat menggunakan layanan konsultasi kesehatan online. Pasien tidak perlu meluangkan waktu khusus untuk pergi ke rumah sakit.
Selain kemudahan, digitalisasi layanan konsultasi kesehatan juga mengurangi biaya yang harus dikeluarkan pasien. Biaya layanan medis tatap muka harus mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan rumah sakit dan/atau klinik untuk mengelola gedung. Biaya-biaya ini tidak akan muncul pada layanan konsultasi kesehatan online, sehingga dapat memotong biaya harga layanan konsultasi kesehatan sampai setengahnya. Pengurangan biaya ini menguntungkan pasien, terutama pasien dengan daya beli lebih rendah.
Privasi pasien yang lebih terjaga juga menjadi salah satu kelebihan utama dari layanan konsultasi kesehatan online. Kerahasiaan konsultasi kesehatan lewat platform online lebih terjaga ketimbang konsultasi kesehatan konvensional yang dilakukan secara tatap muka. Pasien harus hadir secara fisik di ruang terbuka publik saat hendak menemui dokter di rumah sakit. Tak hanya itu, rekam medis pasien juga dapat dilihat oleh pegawai administrasi rumah sakit. Situasi ini tidak akan terjadi di konsultasi kesehatan lewat platform online. Keadaan kesehatan seseorang hanya akan diketahui oleh dokter yang menangani pasien lewat platform online tersebut. Kerahasiaan ini memungkinkan seorang pasien untuk menanyakan pertanyaan yang mungkin sensitif dan yang dianggap memalukan.
Solusi yang Penuh Kontroversi?
Meski layanan konsultasi kesehatan online menawarkan banyak keuntungan dan efisiensi bagi tenaga medis dan pasien, solusi ini merupakan solusi yang kontroversial. Mengapa? Sebab konsultasi kesehatan online mereduksi banyak hal yang diperlukan tenaga medis untuk memberikan diagnosis yang tepat.
Permasalahan yang utama pada layanan konsultasi kesehatan online adalah ketiadaan pemeriksaan fisik pasien yang hanya dapat dilakukan apabila layanan dilakukan secara tatap muka. Pemeriksaan fisik pasien tersebut mencakup sangat banyak hal, seperti pemeriksaan yang dilakukan sebelum konsultasi berlangsung: pemeriksaan berat badan, tinggi badan, serta tekanan darah. Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan pada saat konsultasi berlangsung, seperti pengecekan detak jantung melalui stetoskop. Elemen-elemen pemeriksaan fisik yang menghilang dalam layanan yang dilakukan secara online secara signifikan mempengaruhi diagnosis yang diberikan tenaga medis.
Tak hanya itu, tenaga medis harus mendiagnosis pasien tanpa melihat rekam medis pasien. Tanpa pemeriksaan pasien dan rekam medis pasien, tenaga medis akan kesulitan untuk melakukan diagnosis secara tepat. Menurut Dr. Petrin Redayani Lukman, SpKJ, dokter spesialis kejiwaan, keetisan praktik konsultasi kesehatan online masih diperdebatkan. Dr. Petrin menyatakan bahwa ketiadaan pemeriksaan fisik dan peninjauan rekam medis merupakan hal yang bertentangan dengan kode etik profesi dokter.
Selain keetisannya yang dipertanyakan, untuk spesialisasi tertentu, seperti terapi fisik, ortopedi, dan kejiwaan, konsultasi tidak akan efektif apabila dilakukan secara online. Lebih lanjut, Dr. Petrin menjelaskan bahwa dalam menangani kasus kejiwaan, layanan konsultasi kesehatan online tidak mampu menangkap bahasa tubuh pasien yang sangat diperlukan untuk melakukan diagnosis.
Solusi yang Perlu Dieksplorasi
Karena kelebihan dan kekurangannya, terdapat dua pandangan yang bersebrangan terkait layanan konsultasi kesehatan online. Sebagian, seperti Singh, menyetujui bahwa layanan konsultasi kesehatan online merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan aksesibilitas fasilitas kesehatan. Di sisi lain, ada juga pihak yang menyangsikan efektivitas layanan konsultasi kesehatan online. “Setiap manusia itu unik, begitu pula penyakitnya,” terang Dr. Petrin, menjelaskan lebih lanjut tentang pendapatnya. Menurutnya, untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, penilaian komprehensif harus dilakukan. Penilaian yang baik hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan rekam medis pasien. “Sebaiknya jangan mengandalkan konsultasi kesehatan online saja. Jika memiliki akses untuk pergi ke dokter, pergilah ke dokter.”
Tak dapat dipungkiri, meski penuh potensi dan kontroversi, layanan konsultasi kesehatan online masih perlu dieksplorasi dan dikembangkan lebih lanjut. Menimbang keterbatasan yang dimiliki layanan konsultasi kesehatan online, Singh (2018) menyatakan bahwa layanan konsultasi kesehatan online sebaiknya digunakan untuk pencegahan ketimbang penyembuhan. Apabila seseorang ingin mencegah penyakit tertentu, maka layanan konsultasi kesehatan online dapat menjadi alternatif.
Untuk mengatasi ketiadaan rekam medis pada layanan konsultasi kesehatan online, pengembang aplikasi sebaiknya mengembangkan fitur bagi pasien untuk melampirkan dokumen yang relevan untuk pemeriksaan kesehatan yang akan dilakukan. Dengan begini, diharapkan diagnosis yang diberikan oleh tenaga medis akan lebih akurat sehingga pasien bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik. Dengan pesatnya perkembangan teknologi yang kita alami setiap harinya, rasanya masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa solusi yang penuh kontroversi ini tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang ada di dunia medis. Bukannya tidak mungkin apabila di masa depan kekurangan-kekurangan yang kini dimiliki layanan konsultasi kesehatan online menjadi hilang sama sekali. Siapa yang tahu?
Referensi:
Casey, M., Shaw, S., & Swinglehurst, D. (2017). Experiences with online consultation systems in primary care: case study of one early adopter site. The British journal of general practice : the journal of the Royal College of General Practitioners, 67(664), e736-e743.
Singh, A.P., Singh, H.S., Singh A., Agarwal M., Kaur P (2018). Online medical consultation: a review. Int J Community Med Public Health 2018;5:1230-2.
Kontributor: Vibi Larassati
Editor: Pieter Hans Parlindungan Siregar
Ilustrator: Priskila Teresa
Discussion about this post