Berdasarkan data dari worldometers.info, Korea Selatan menempati peringkat ke-9 sebagai negara dengan kasus Covid-19 terbanyak dengan total 9.137 kasus pada 25 Maret lalu. Penyebaran virus Covid-19 sempat memuncak tanggal 27 Februari 2020, dengan pertambahan kasus kurang lebih 500 setiap harinya. Namun, Pemerintah Korea Selatan dengan tanggap segera menerapkan pemeriksaan masif yang berhasil mengontrol situasi.
Keadaan Kota Seoul sendiri cukup terkendali walaupun sempat mengalami kenaikan kasus pada tanggal 10 Maret 2020. Pemerintah mengidentifikasi kenaikan tersebut disebabkan oleh pekerja call center pada Distrik Guro-gu yang tidak mengenakan masker karena kewajiban pekerjaan yang mengharuskannya untuk berbicara dengan jelas lewat telepon. Kejadian ini menyebabkan pertambahan sebanyak kurang lebih 50 kasus baru di Seoul.
Imbauan Social Distancing dan Penanganan Cepat
Melalui akun instagram @seoul_official, pemerintah mengimbau masyarakat yang sempat mengunjungi dong —daerah administratif di bawah distrik, setara dengan kelurahan— Sindorim-dong, Guro-gu, untuk menggunakan masker dan mengunjungi klinik pemeriksaan kesehatan. Tidak hanya itu, pemerintah juga segera membentuk tim penanganan darurat yang terletak di Pusat Kesehatan Masyarakat Guro-gu dan memasang alat pemindai panas di depan gedung untuk mengukur suhu tubuh seseorang. Apabila ia menunjukkan gejala demam (suhu tubuh 37°C ke atas), maka akan segera mendapatkan penanganan medis.
Notifikasi Pemerintah Seoul (Sumber: Instagram seoul_official)
Notifikasi di atas berarti “Sehubungan dengan ditemukannya beberapa kasus positif #COVID19 dari kalangan keluarga dan karyawan call center di Guro-gu, telah dibentuk Tim Penanganan Darurat Wabah Besar-besaran dan ruang kendali operasi yang terletak di Pusat Kesehatan Masyarakat Guro-gu. Selain itu, telah dibangun screening center yang berlokasi di depan gedung yang bersangkutan. Masyarakat yang mendatangi screening center akan melalui pemeriksaan suhu tubuh dan apabila menunjukkan gejala akan segera mendapatkan penanganan medis.” (Diterjemahkan oleh Katya Mazaya Kinanti Santoso)
Imbauan untuk senantiasa menggunakan masker dan menjaga jarak (social distancing) dapat ditemukan pada siaran televisi, stasiun kereta bawah tanah, hingga notifikasi ponsel pintar. Dengan tidak adanya kebijakan lockdown pada Kota Seoul, aktivitas berlangsung seperti biasanya. Mobil dan transportasi umum masih beroperasi aktif dan terlihat lebih ramai pada jam sibuk. Hal yang sama terjadi pada daerah perbelanjaan. Meski tidak sebanyak biasanya, tempat-tempat perbelanjaan seperti Hongdae dan Sinchon masih menjadi destinasi andalan untuk menghabiskan waktu senggang. Tentunya, minus kegiatan-kegiatan yang mengundang keramaian seperti busking atau street performance yang tidak diperbolehkan untuk sementara waktu.
Keadaan di Hongdae (Sumber: Tazkia Astrina)
Selain itu, untuk mencegah penyebaran yang lebih masif, pemerintah mengundur awal pembelajaran spring semester yang seharusnya dilakukan pada tanggal 2 Maret, menjadi tanggal 16 Maret 2020. Pada tanggal yang sama, pembelajaran melalui kelas daring juga diberlakukan hingga awal April.
Salah satu universitas di Seoul, Yonsei University, melakukan pembelajaran melalui kelas daring hingga tanggal 11 April. Yonsei University sendiri menyatakan bahwa dengan pemberlakuan kebijakan kelas daring ini tidak berarti bahwa pihak universitas telah memutuskan untuk melakukan kelas daring hingga akhir semester, pembelajaran melalui ruang kelas masih dapat dilakukan jika Yonsei University tidak memperpanjang periode kelas daring.
Yonsei University melakukan kelas daring (Sumber: Tazkia Astrina)
Regulasi yang Membatasi
Untuk menangani kekurangan masker, Korea Selatan membatasi pembelian dan menggunakan sistem pembelian berdasarkan angka terakhir pada tahun lahir. Warga yang memiliki tahun lahir dengan angka terakhir 1 dan 6 dapat melakukan pembelian masker pada hari Senin, 2 dan 7 pada hari Selasa, 3 dan 8 pada hari Rabu, dan seterusnya. Pembelian masker ini tidak hanya terbatas pada warga Korea Selatan saja, warga negara asing juga dapat melakukan pembelian masker dengan menunjukkan ARC (Alien Registration Card) atau kartu identitas penduduk asing dan kartu asuransi kesehatan mereka.
Warga mengantri untuk membeli masker (Sumber: Tazkia Astrina)
Selain masker, pemerintah tidak membatasi pembelian barang yang lain. Meski begitu, persediaan hand sanitizer, tisu toilet, dan bahan-bahan makanan lainnya juga masih dapat ditemukan secara mudah pada supermarket atau tempat perbelanjaan lainnya.
Menurut Kim Eunah, salah satu mahasiswi Universitas Indonesia yang tengah melakukan program study abroad ke Korea Selatan, panic buying tidak terjadi karena jarak antara perumahan dan supermarket berdekatan sehingga supermarket cenderung mudah ditemukan, pemerintah juga telah melakukan lockdown pada Kota Daegu sehingga membuat penduduk Seoul merasa aman, dan kesadaran warga yang cukup kuat bahwa membeli dalam jumlah besar merupakan hal yang tidak benar.
Produk hand sanitizer masih mudah ditemukan pada supermarket (Sumber: Tazkia Astrina)
Baik pemerintah dan warga percaya bahwa wabah Covid-19 dapat diatasi. Walau akan memakan waktu, namun pemerintah, tenaga medis, dan warga Kota Seoul akan berkontribusi secara penuh. “Saat ini pemerintah sedang berusaha melakukan yang terbaik, namun ada baiknya jika pemerintah juga membuat solusi untuk kasus-kasus (virus Covid-19) yang datang dari luar negeri, agar hal seperti ini tidak kembali terjadi,” pungkas Eunah.
Editor: Fadhil Ramadhan, Rani Widyaningsih
Discussion about this post