Tak terasa Olimpiade Ilmiah Mahasiswa Universitas Indonesia (OIM UI) 2014 telah berakhir. Perhelatan ilmiah paling akbar se-UI itu telah menetapkan FEUI sebagai juara umum, Jumat (17/10/14). Masyarakat FEUI khususnya patut berbangga atas hasil cemerlang yang berhasil diraih tersbeut. Tak tanggung-tanggung, dari 14 cabang lomba yang diadukan di OIM UI 2014, FEUI hanya gagal meraih juara di 5 cabang lomba. Sementara 9 sisanya berhasil “disapu” dengan cemerlang oleh kontingen-kontingen yang dikirimkan untuk mewakili FEUI. Hasil baik tersebut tentu tak lepas dari peran dan dedikasi penanggung jawab kontingen FEUI untuk OIM UI 2014, yaitu Departemen Keilmuan BEM FEUI.
Pyan Amin, selaku ketua Departemen Keilmuan Bem FEUI 2014, merasa bangga atas hasil yang diraih oleh kontingen FEUI untuk OIM UI 2014. Ia mengaku senang karena akhirnya Makara Abu-Abu berhasil meraih kembali gelar juara umum yang sudah 3 tahun lamanya direbut oleh fakultas lain. “Saya merasa sangat senang karena FEUI berhasil meraih juara umum di Olimpiade Ilmiah Mahasiswa setelah terakhir kali mendapatkannya di tahun 2011”, begitu ujarnya. Ia juga tak lupa menyebutkan bahwa pencapaian ini semata-mata bukanlah karena kerja dirinya seorang, melainkan juga karena kinerja yang tak kenal lelah dari rekan-rekannya di Departemen Keilmuan BEM FEUI. Bahkan juga bukan semata-mata karena kinerja anak-anak BEM. Ia menambahkan, “Ini bukan cuma kemenangan kami (baca: Departemen Keilmuan), ini kemenangan FE”, kata mahasiswa jurusan ilmu ekonomi ini.
Menurutnya, dari semenjak awal masa jabatan, Departemen Keilmuan memang sudah menargetkan untuk meraih juara umum di ajang olimpiade ilmiah terbesar se-UI tersebut. “Dari awal sudah menargetkan juara umum dengan berbagai rincian target perlomba. Sudah jadi harapan dan keinginan sejak 3 tahun lalu”, begitu katanya. Untuk meraih target tersebut, tentu harus ada strategi-strategi yang disiapkan agar impian selama 3 tahun itu bisa terwujud. Salah satu cara yang digunakan oleh Pyan dan jajaran di bawahnya adalah memaksimalkan kualitas acara Student Research Days. SRD merupakan pesta ilmiah se-FEUI yang salah satu tujuan akhirnya adalah menjaring bibit-bibit unggul di fakultas untuk dikirimkan menjadi kontingen FEUI di OIM. Oleh karena itu, maksimalisasi kegiatan SRD merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pembentukan kontingen yang hebat dan siap juara. Setelah bibit-bibit unggul itu terjaring, Pyan lalu beranjak ke langkah selanjutnya yaitu memperbanyak latihan. Pihaknya juga tak lupa mencari dosen-dosen berkualitas yang siap menjadi pembimbing para kontingen FEUI agar proses latihan itu menjadi lebih maksimal. “Kami menggunakan waktu liburan untuk mencari dosen yang siap membimbing kontingen. Di cabang PKM, misalnya, kami meminta bimbingan dari dosen-dosen yang sudah terbiasa dengan Pimnas seperti Pak Pribadi dan Bu Riffely”, ujarnya.
Pyan mengaku tak luput dari keluh kesah selama persiapan kontingen FEUI untuk OIM. Terkadang, ia dan tim harus memutar otak ketika dibenturkan pada kesibukan pribadi masing-masing kontingen di lain tempat. Ia juga dibenturkan pada kesibukan dosen-dosen pembimbing yang cukup aktif di kegiatan-kegiatan lain. Bahkan tak jarang mereka harus bersitegang dengan fakultas lain atau bahkan panitia pelaksana terkait peraturan dan teknis perlombaan. Namun, semua itu akhirnya hanya menjadi cerita dan lunas terbayar dengan hasil memuaskan yang didapatkan oleh kontingen FEUI di OIM UI 2014.
Akan tetapi, ia sebenarnya cukup menyesalkan kesadaran masyarakat FEUI yang masih kurang untuk memeriahkan dan mendukung kontingen mereka sendiri. Menurutnya tingkat kepedulian masyarakat FEUI terhadap acara ilmiah tersebut masih cukup jauh dari yang diharapkan. Hal tersebut diperparah dengan adanya peraturan panitia yang tak membolehkan suporter untuk menyaksikan presentasi salah satu cabang lomba yaitu PKM. Harapannya, gelar juara umum yang telah diraih bisa menjadi bukti bahwa kontingen FEUI layak untuk diperhatikan dan didukung. Ia juga menambahkan bahwa sebagai kontingen, mereka tidak hanya bertanding untuk kepuasan diri sendiri dan juga ego pribadi. Mereka sejatinya bertanding untuk kebanggan FEUI. Oleh karena itulah mereka selayaknya diberikan dukungan karena nama besar FEUI yang jadi taruhan. Bahkan, Pyan berharap dukungan dan kepedulian itu tidak hanya diberikan untuk kontingen FEUI di OIM, tapi juga untuk kontingen FEUI di perhelatan-perhelatan lainnya. “Dukung, meriahkan, dan perjuangkan terus kontingen FEUI bukan cuma di OIM tapi juga di UI Art War, Olim UI, dan juga UIQO!”, begitu pesannya kepada seluruh masyarakat FEUI.
Kepada panitia, ia berharap panitia menyadari bahwa OIM bukan sekadar perlombaan keilmiahan antar fakultas tapi juga sebuah ujung tombak untuk meningkatkan hegemoni dan euforia dunia ilmiah di UI. Maka dari itu setiap unsur filosofis maupun teknis pelaksanaan kegiatan harus mendukung misi tersebut. Jangan sampai yang terjadi justru perselisihan antar fakultas.
Penulis: Ibrohim Abdul Halim
Discussion about this post