Pernahkah kalian mendengar kisah tentang Adora, Hilman, dan Alina? Nama-nama tersebut merupakan tokoh dari kisah kasih tragis yang pernah mengguncang platform Twitter hingga menjadi trending topic pada tahun 2018. Hilman yang Adora kira nyata, ternyata hanyalah fana dan tipuan belaka.
Perkembangan teknologi dan informasi cukup banyak memberikan kemudahan bagi umat manusia1Azizah, Medina. “PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP POLA KOMUNIKASI MAHASISWA UMM.” Jurnal Sosiologi Nusantara 6, no. 1 (2020): 45–54. https://doi.org/10.33369/jsn.6.1.45-54.. Satu dari banyak manfaat yang dapat kita rasakan adalah berkomunikasi tanpa adanya batasan jarak2Setiawan, Daryanto. “Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Budaya.” JURNAL SIMBOLIKA: Research and Learning in Communication Study 4, no. 1 (2018): 62. https://doi.org/10.31289/simbollika.v4i1.1474., baik melalui media sosial maupun fitur-fitur lain yang ada di internet.
Selain itu, kemajuan teknologi juga memberikan peluang kepada seseorang untuk membangun hubungan romantis secara online. Dengan adanya internet, seseorang dimungkinkan untuk berkencan tanpa harus meninggalkan rumah mereka3Innocent Chiluwa and Sergei A. Samoilenko, Handbook of Research on Deception, Fake News, and Misinformation Online (Hershey, Pennsylvania (701 E. Chocolate Avenue, Hershey, Pennsylvania, 17033, USA): IGI Global, 2019).. Satu dari empat hubungan kencan diperkirakan dimulai secara online, sehingga internet disebut-sebut sebagai cara paling umum kedua sepasang kekasih bertemu4Cocalis, R. (2016). Online Dating Safety: The Shortcomings of State Law Reformo Title. 08(03), 211-216(6)..
Akan tetapi, kemudahan membangun hubungan romantis secara online ini tidak hanya memberikan dampak positif saja, terdapat beberapa kerugian yang mungkin dialami oleh manusia dalam menjalani kehidupan virtualnya, salah satunya adalah terperangkap dalam jerat catfishing5Dewi, Novy Sartika, and Irwansyah Irwansyah. “Regulasi Terhadap Penipuan Identitas: Studi Fenomena ‘Catfish’ Pada Social Networking Sites (SNS).” Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) 5, no. 1 (2021): 267. https://doi.org/10.25139/jsk.v5i1.2612. .
Catfishing merupakan sebuah bentuk plagiarisme identitas, di mana seseorang mencuri identitas orang lain secara online dan menggunakannya sebagai identitas pribadi di media sosial miliknya6Schulman, A., Joost, H., Jarecki, A., Ratner, B., Smerling, M. (Producers) & Schulman, A., &
Joost, H. (Directors). (2010). Catfish [Motion picture]. Universal Pictures. . Alih-alih menggunakan identitas pribadi dalam membangun hubungan percintaan, pelaku catfishing mengarang identitas, menggunakan foto orang lain, atau bahkan menciptakan berbagai identitas untuk menjerat orang asing ke dalam hubungan tersebut7Kottemann, Kathrin L. “The Rhetoric of Deliberate Deception: What Catfishing can Teach Us.” Order No. 3712554, University of Louisiana at Lafayette, 2015. https://search.proquest.com/dissertations-theses/rhetoric-deliberate-deception-what-catfishing-can/docview/1707929589/se-2?accountid=17242. .
Kata “catfishing” itu sendiri diambil dari nama salah satu program di kanal televisi Amerika Serikat, Music Television (MTV), yaitu Catfish. Uniknya, program tersebut terinspirasi dari pengalaman pribadi produsernya, Nev Schulman, yang pernah terjebak dalam kasus catfishing ketika ia menjalani hubungan romantis bersama wanita yang ditemuinya secara online melalui platform Facebook.
Fenomena pencurian identitas secara online ini sudah menjadi bagian dari tren budaya populer sejak 11 tahun lalu. Namun, tidak berhenti sampai di sana, kasus catfishing diduga semakin menyeruak akibat meningkatnya angka kencan online di masa pandemi Covid-198“Catfishing Surging during Coronavirus.” USA Today, 04, 2020, 13, https://search.proquest.com/magazines/catfishing-surging-during-coronavirus/docview/2446292270/se-2?accountid=17242..
Pelaku catfishing memiliki rentang usia yang cukup beragam. Hal ini berbanding lurus dengan keberagaman usia korban dari tindakan tersebut. Akan tetapi, disebutkan bahwa golongan usia remaja memiliki kemungkinan risiko yang lebih besar untuk terperangkap dalam jerat catfishing karena kurangnya pengalaman hidup serta pemahaman kognitif9Derzakarian, A. (2017). The Dark Side of Social Media Romance: Civil Recourse for Catfish Victims..
Baca juga: Sadfishing: Strategi Promosi dengan Pendekatan Emosi
Kesepian dan Tidak Percaya Diri Menjadi Alasan
Alasan yang mendasari tindakan catfishing sangatlah bervariasi, mulai dari aspek-aspek yang berkaitan dengan diri pelaku itu sendiri (fisik dan mental) hingga aspek finansial. Pelaku catfishing mungkin saja memiliki perasaan kesepian, rasa bosan, rasa tidak aman, rasa ingin balas dendam, rasa ingin lari dari kenyataan, ataupun rasa ingin memenuhi keinginan yang tidak pernah dapat mereka penuhi sebelumnya.
Perasaan-perasaan seperti itulah yang mendorong pelaku untuk melakukan catfishing, mereka berpikir dengan melakukan tindakan tersebut perasaan-perasaan yang sebelumnya mereka rasakan akan hilang.
Suatu penelitian psikologis melibatkan 27 orang pelaku dari berbagai belahan dunia untuk mengetahui motif mereka dalam melakukan catfishing. Hasil dari penelitian tersebut adalah 41% dari jumlah responden mengatakan bahwa kesepian merupakan alasan utama mereka dalam melakukan catfishing.
Dengan melakukan catfishing mereka merasa dapat menambah jejaring pertemanan dan menjadi lebih populer dibandingkan sebelumnya. Selanjutnya, sepertiga dari jumlah responden mengatakan bahwa ketidakpuasan mereka akan penampilan fisik yang dimiliki mendorong mereka untuk melakukan tindakan catfishing10“Study: Many ‘Catfish’ Social Scammers Cite Loneliness as a Key Motivation,” PsyPost, July 29, 2018, https://www.psypost.org/2018/07/study-many-catfish-social-scammers-cite-loneliness-as-a-key-motivation-51841..
Satu diantara responden tersebut lebih lanjut menjelaskan bahwa dirinya merasa memiliki penampilan fisik yang kurang elok dan cenderung tidak menarik sehingga satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun hubungan secara online menggunakan identitas palsu.
Terdapat berbagai alasan lain yang responden sebutkan dalam penelitian tersebut, beberapa diantaranya adalah kesulitan berhenti karena kecanduan, eksplorasi ketertarikan seksual, mencari jalan keluar dari rasa tidak aman, dan masih banyak lagi.
Selain faktor-faktor internal yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat faktor eksternal yang memberikan ruang bagi para pelaku catfishing untuk melakukan tindakan tersebut, yaitu anonimitas yang ada di internet. Anonimitas memberikan para pelaku catfishing ini kesempatan untuk menuliskan kembali (menciptakan) sebuah identitas yang mereka ingin miliki11Kottemann, Kathrin L. “The Rhetoric of Deliberate Deception: What Catfishing can Teach Us.” Order No. 3712554, University of Louisiana at Lafayette, 2015. https://search.proquest.com/dissertations-theses/rhetoric-deliberate-deception-what-catfishing-can/docview/1707929589/se-2?accountid=17242..
Minat percintaan atau tipe pasangan yang diidamkan pelaku catfishing juga termasuk dalam bagian dari identitas tersebut. Misalnya pasangan yang mungkin tidak pernah bisa dimiliki oleh pelaku catfishing di dunia nyata, dapat diperangkap dengan pesona virtual yang mereka ciptakan sehingga hubungan romantis yang fana itu dapat terbangun sesuai dengan keinginan pelaku.
“Dosa Besar” yang Harus Ditanggung
Seseorang yang dapat digolongkan sebagai korban dari catfishing bukanlah mereka yang pernah menjalin hubungan romantis dengan pelaku saja. Akan tetapi, seseorang yang foto serta identitas pribadinya pernah dicuri dan digunakan oleh pelaku catfishing sebagai identitas mereka, juga dapat dikatakan sebagai korban dari tindakan tersebut12Santi, Antonella. “‘Catfishing’: A Comparative Analysis of U.S. v. Canadian Catfishing Laws & Their Limitations.” Southern Illinois University Law Journal 44, no. 1 (2019): 75–104..
Seseorang yang identitasnya digunakan oleh pelaku catfishing harus dirugikan akibat citra negatif yang dibawa oleh sang pelaku. Mereka bisa saja ditolak ketika sedang melamar suatu pekerjaan akibat menanggung “dosa besar” yang bahkan tidak pernah mereka lakukan di dalam kehidupan pribadi.
Pada tahun 2018 disebutkan terdapat lebih dari 18.000 orang yang menjadi korban catfishing dengan perkiraan kerugian mencapai 362 juta dolar Amerika (setara dengan 5,2 triliun rupiah), berdasarkan laporan dari Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat13Jefferson, Elana Ashanti. “Signs that an Online Romance is Actually a Catfishing Fraud.” Property & Casualty 360 (Feb 14, 2020). https://search.proquest.com/trade-journals/signs-that-online-romance-is-actually-catfishing/docview/2355056177/se-2?accountid=17242..
Sedangkan berdasarkan data terakhir yang dikeluarkan oleh badan perdagangan perbankan, UK Finance di tahun 2020, kerugian finansial yang terjadi akibat kasus catfishing mencapai angka yang sangat fantastis.
Total kerugian dari tindakan penipuan yang dilakukan secara romantis ini, menyentuh angka lebih dari 21 juta euro (setara 3,6 triliun rupiah) dengan rata-rata kerugian per korban sebesar 7 ribu euro (setara dengan 121 juta rupiah)14Claer Barrett, “There’s Nothing Romantic about Being Scammed,” Financial Times (Financial Times, April 30, 2021), https://www.ft.com/content/debe7f84-48d9-4105-961b-f929be7296d3..
Selain kerugian ekonomi yang tentunya dapat dikalkulasikan jumlahnya, terdapat berbagai kerugian lain yang harus dihadapi oleh korban catfishing. Seseorang yang terperangkap dalam jebakan catfishing dapat mengalami permasalahan kesehatan mental yang serius, seperti trust issues, anxiety disorders, hingga depresi15Madison Web Solutions, “Catfishing,” Cybersmile, accessed April 30, 2021, https://www.cybersmile.org/what-we-do/advice-help/catfishing..
Para korban catfishing akan merasa kesulitan untuk percaya dan membangun hubungan romantis di kemudian hari akibat pengalaman buruk yang mereka rasakan setelah menerima kenyataan bahwa mereka dijebak dan dibodohi oleh pelaku catfishing.
Bagaimana Terhindar dari Pelaku Catfishing?
Dalam menghindarkan diri dari pelaku catfishing pengguna internet setidaknya dapat melakukan tiga hal16Greenberg, Pam. “Cyberbullies Go Catfishing.” State Legislatures, 06, 2017, 8, https://search.proquest.com/magazines/cyberbullies-go-catfishing/docview/1934896547/se-2?accountid=17242. .
Pertama, pengguna harus mengetahui dan sadar akan ciri dari pelaku catfishing. Pengguna internet harus berhati hati dengan orang yang terlihat terlalu sempurna untuk menjadi nyata (too good to be true), menceritakan cerita tragis untuk meraih empati orang lain, memiliki profil yang mencurigakan (tidak memiliki banyak teman dan foto dengan orang lain), serta cenderung menghindar untuk memperlihatkan wajah mereka, seperti menolak untuk melakukan video call dan bertemu tatap muka.
Kedua, pengguna internet harus melakukan pengecekan terhadap orang-orang yang mereka temui secara online, misalnya dengan mencari nama, biodata, serta foto mereka di internet.
Terakhir, pengguna internet harus memperketat perlindungan diri dengan menyimpan bukti-bukti penting dari pesan yang dikirim kepada siapapun di internet17Greenberg, Pam. “Cyberbullies Go Catfishing.” State Legislatures, 06, 2017, 8, https://search.proquest.com/magazines/cyberbullies-go-catfishing/docview/1934896547/se-2?accountid=17242.. Dengan demikian, jerat “perangkap” catfishing dapat kita hindarkan.
Editor: Nismara Paramayoga
Ilustrasi: Domingo Alvarez (Unsplash)
Referensi
↵1 | Azizah, Medina. “PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP POLA KOMUNIKASI MAHASISWA UMM.” Jurnal Sosiologi Nusantara 6, no. 1 (2020): 45–54. https://doi.org/10.33369/jsn.6.1.45-54. |
---|---|
↵2 | Setiawan, Daryanto. “Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Terhadap Budaya.” JURNAL SIMBOLIKA: Research and Learning in Communication Study 4, no. 1 (2018): 62. https://doi.org/10.31289/simbollika.v4i1.1474. |
↵3 | Innocent Chiluwa and Sergei A. Samoilenko, Handbook of Research on Deception, Fake News, and Misinformation Online (Hershey, Pennsylvania (701 E. Chocolate Avenue, Hershey, Pennsylvania, 17033, USA): IGI Global, 2019). |
↵4 | Cocalis, R. (2016). Online Dating Safety: The Shortcomings of State Law Reformo Title. 08(03), 211-216(6). |
↵5 | Dewi, Novy Sartika, and Irwansyah Irwansyah. “Regulasi Terhadap Penipuan Identitas: Studi Fenomena ‘Catfish’ Pada Social Networking Sites (SNS).” Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) 5, no. 1 (2021): 267. https://doi.org/10.25139/jsk.v5i1.2612. |
↵6 | Schulman, A., Joost, H., Jarecki, A., Ratner, B., Smerling, M. (Producers) & Schulman, A., & Joost, H. (Directors). (2010). Catfish [Motion picture]. Universal Pictures. |
↵7 | Kottemann, Kathrin L. “The Rhetoric of Deliberate Deception: What Catfishing can Teach Us.” Order No. 3712554, University of Louisiana at Lafayette, 2015. https://search.proquest.com/dissertations-theses/rhetoric-deliberate-deception-what-catfishing-can/docview/1707929589/se-2?accountid=17242. |
↵8 | “Catfishing Surging during Coronavirus.” USA Today, 04, 2020, 13, https://search.proquest.com/magazines/catfishing-surging-during-coronavirus/docview/2446292270/se-2?accountid=17242. |
↵9 | Derzakarian, A. (2017). The Dark Side of Social Media Romance: Civil Recourse for Catfish Victims. |
↵10 | “Study: Many ‘Catfish’ Social Scammers Cite Loneliness as a Key Motivation,” PsyPost, July 29, 2018, https://www.psypost.org/2018/07/study-many-catfish-social-scammers-cite-loneliness-as-a-key-motivation-51841. |
↵11 | Kottemann, Kathrin L. “The Rhetoric of Deliberate Deception: What Catfishing can Teach Us.” Order No. 3712554, University of Louisiana at Lafayette, 2015. https://search.proquest.com/dissertations-theses/rhetoric-deliberate-deception-what-catfishing-can/docview/1707929589/se-2?accountid=17242. |
↵12 | Santi, Antonella. “‘Catfishing’: A Comparative Analysis of U.S. v. Canadian Catfishing Laws & Their Limitations.” Southern Illinois University Law Journal 44, no. 1 (2019): 75–104. |
↵13 | Jefferson, Elana Ashanti. “Signs that an Online Romance is Actually a Catfishing Fraud.” Property & Casualty 360 (Feb 14, 2020). https://search.proquest.com/trade-journals/signs-that-online-romance-is-actually-catfishing/docview/2355056177/se-2?accountid=17242. |
↵14 | Claer Barrett, “There’s Nothing Romantic about Being Scammed,” Financial Times (Financial Times, April 30, 2021), https://www.ft.com/content/debe7f84-48d9-4105-961b-f929be7296d3. |
↵15 | Madison Web Solutions, “Catfishing,” Cybersmile, accessed April 30, 2021, https://www.cybersmile.org/what-we-do/advice-help/catfishing. |
↵16 | Greenberg, Pam. “Cyberbullies Go Catfishing.” State Legislatures, 06, 2017, 8, https://search.proquest.com/magazines/cyberbullies-go-catfishing/docview/1934896547/se-2?accountid=17242. |
↵17 | Greenberg, Pam. “Cyberbullies Go Catfishing.” State Legislatures, 06, 2017, 8, https://search.proquest.com/magazines/cyberbullies-go-catfishing/docview/1934896547/se-2?accountid=17242. |
Discussion about this post