Oleh: Hilda Kurniawati, Wildan Syahid Nurulloh
Editor: Bertha Fania Maula
Meski telah pensiun sebagai pemain bulu tangkis profesional di tahun 2013, nama Taufik Hidayat sebagai legenda bulu tangkis Indonesia masih tetap melekat dalam ingatan masyarakat. Pria kelahiran Bandung tahun 1981 ini dikenal sebagai pemain tunggal putra dengan pukulan smash tercepat yang mencapai 305 km/jam pada semifinal Kejuaraan Dunia 2006 di Madrid. Selain itu, ia juga dikenal memiliki pukulan backhand smash tercepat yang mencapai 206 km/jam, membuat dirinya disegani oleh kawan maupun lawannya.
Segudang prestasi telah diraih oleh Taufik Hidayat sepanjang kariernya, baik di kancah nasional maupun internasional. Taufik telah enam kali menjuarai Kejuaraan Indonesia Terbuka pada tahun 1999, 2000, 2002, 2003, 2004, dan 2006. Menjadi peraih medali emas pada Olimpiade Athena 2004, Taufik berhasil mengibarkan bendera merah putih dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya pada kancah internasional.
Di tengah kesibukannya pada bulan November 2015, Economica mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Taufik Hidayat di Gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia di bilangan Asia Afrika, Jakarta Pusat. Berikut merupakan isi perbincangannya.
Semenjak pensiun sebagai pemain bulu tangkis profesional, apa saja kesibukan Anda saat ini?
Saat ini saya sibuk mengurus Taufik Hidayat Arena. Selain itu, saya juga sibuk di Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) yang merupakan bagian dari program Kemenpora untuk menangani cabang olahraga untuk spot elite-nya.
Apakah Anda rindu akan masa-masa bermain bulu tangkis dan bisa memiliki berprestasi?
Tidak terlalu rindu, karena saya sudah memikirkan matang-matang keputusan untuk pensiun sebagai pemain bulu tangkis, bukan berhenti karena faktor cedera. Banyak atlet yang cedera dan tidak sembuh sehingga harus berhenti sebagai atlet. Keputusan ini sudah dipikirkan matang-matang dan saya juga sudah melewati masanya sebagai atlet.
Bagaimana pandangan Anda tentang bulu tangkis di Indonesia saat ini?
Kalau kita membeda-bedakan tidak akan ada habisnya. Bisa dibilang cabang olahraga bulu tangkis sedang mengalami penurunan, bisa jadi karena transisi. Contohnya saat ini di cabang tunggal, kita tidak memiliki pemain yang begitu menonjol, tetapi kita punya banyak pemain bulu tangkis junior yang sangat berpotensi. Semuanya butuh proses dan tidak bisa jadi secara instan. Ibarat kita punya berlian, kita sediakan kebutuhannya dan kita support, kemudian tinggal bagimana finishing-nya. Tapi kan semua kembali lagi kepada komitmen dari atletnya, karena pada akhirnya mereka sendiri yang menentukan di lapangan.
Adakah perubahan pada bulu tangkis sejak zaman dulu dan sekarang?
Dahulu pertandingan bulu tangkis selalu disiarkan di televisi lokal sehingga banyak yang menonton dan tahu perkembangannya. Sedangkan saat ini, pertandingan bulu tangkis hanya disiarkan di televisi berbayar, jadi orang-orang di daerah tidak bisa menonton. Sebenarnya mungkin ada beberapa atlet bulu tangkis yang bagus di cabangnya, tetapi menjadi tidak ter-expose. Kemudian, berita di media sekarang juga jadi tidak sebesar dulu lagi perihal bulu tangkis.
Bagaimana pandangan Anda secara umum terhadap cabang-cabang olahraga di Indonesia?
Secara umum memang cabang-cabang olahraga Indonesia sedang terjun payung. Bisa dilihat di SEA Games kemarin kita hanya menduduki peringkat kelima. Jadi memang secara umum, prestasi semua cabang olahraga sedang menurun. Kami di sini sebagai pengurus harus bisa memberi contoh yang baik. Hal ini karena beberapa waktu yang lalu masih terdapat konflik di organisasi olahraganya sendiri. Konflik tersebut juga terjadi pada pemerintah. Mudah-mudahan di Prima ini, kami bisa membawa suasana baru dengan adanya anggota-anggota baru serta memberikan contoh yang baik untuk prestasi olahraga di Indonesia. Usaha-usaha yang sudah kami lakukan yaitu koordinasi dengan beberapa persatuan bulu tangkis di seluruh cabang untuk menyusun program ke depannya seperti apa.
Bagaimana bentuk koordinasi Prima dengan lembaga olahraga lainnya?
Karena ini kepengurusan baru, jadi bentuk koordinasinya yaitu untuk mendata semua atlet dari berbagai daerah. Kemudian kami bisa memanggil para atlet ke Jakarta atau sebaliknya kami yang mendatangi mereka untuk mengawasi perkembangannya. Namun, kami tidak bisa mengintervensi terlalu jauh karena yang kami berikan lebih dalam bentuk dukungan. Dengan dukungan ini, pastinya kami berharap para atlet pun dapat berkomitmen untuk memberikan prestasinya bagi Indonesia.
Tahun 2016 akan dilaksanakan Olimpiade Rio de Janeiro. Menurut Anda, bagaimana peluang Indonesia di ajang tersebut?
Menurut saya, peluang terbesar tetap ada pada cabang bulu tangkis, khususnya dari ganda campuran dan ganda putra karena kedua cabang tersebut yang paling menonjol. Kemudian, di cabang lain yang berprestasi pada ajang Olimpiade yaitu angkat besi. Saat ini di cabang bulu tangkis, kami sedang mendorong untuk tradisi emas di Olimpiade. Apalagi dari tahun 1992 tradisi emas ini tidak pernah putus, baru putus di tahun 2012 kemarin. Mudah-mudahan di tahun 2016 ini tradisi emas bulu tangkis bisa kembali lagi. Oleh karena itu, dengan adanya Prima, kami bisa membantu apa yang dibutuhkan oleh PBSI. Hal tersebut bukan dalam arti mengambil alih, tetapi apa yang mereka butuhkan akan kami bantu siapkan dan berikan dukungan.
Adakah perbedaan pemerintah dalam memperlakukan setiap cabang olahraga?
Pasti ada. Ada cabang olahraga yang diprioritaskan untuk kelas Olimpiade, ada yang SEA Games, dan ada yang Asian Games. Tidak mungkin diperlakukan sama rata untuk setiap cabang karena kelasnya pun berbeda. Misalnya kelas unggulan yang termasuk ke dalam Olimpiade adalah bulu tangkis dan angkat besi. Kemudian ada juga kategori dua, contohnya cabang olahraga untuk Asian Games dan SEA Games.
Saat ini Indonesia fokusnya lebih ke sepak bola dan banyak atletnya yang di-PHK, bagaimana pandangan Anda akan hal ini?
Sejak dulu sebenarnya cabang olahraga sepak bola memang complicated. Di satu sisi, sepak bola merupakan olahraga besar dan olahraga masyarakat. Namun di sisi lain, prestasi sepak bola Indonesia masih di bawah cabang olahraga yang lain. Hal itu membuat dilema, terlebih banyak atlet yang di-PHK. Tapi sebenarnya hal tersebut sudah menjadi urusan pengurus yang di atas, kami tidak bisa ikut campur juga. Saya pernah menjadi atlet, sehingga merasa kasihan dan khawatir terhadap masa depan mereka yang di-PHK. Yaa, mudah-mudahan cepat ada jalan keluarnya antara pemerintah dengan PSSI karena yang dikorbankan dalam hal ini adalah atletnya dan berdampak dalam kehidupan mereka di jangka panjang.
Apakah menjadi pensiunan atlet di Indonesia hidupnya terjamin? Tunjangan seperti apa yang didapat oleh pensiunan atlet di Indonesia?
Tunjangan sih, belum ada. Saat ini hanya sebatas bonus bagi atlet yang meraih juara, tapi itu untuk multievent seperti SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade saja. Belum ada jaminan yang pasti bagi masa depan atlet saat pensiun di Indonesia, berbeda dengan di negara lain. Kita bisa ambil contoh Malaysia. Di Malaysia ketika pensiun, atlet akan mendapatkan salary setiap bulan dari pemerintah seumur hidup sehingga hidupnya terjamin. Sedangkan hal seperti itu belum ada di Indonesia. Nah, mudah-mudahan ke depannya akan ada tunjangan bagi atlet yang pensiun karena itu sangat dibutuhkan oleh para atlet. Apabila ada tunjangan pensiun, akan ada lebih banyak lagi orang yang mau jadi atlet. Saat ini jarang sekali orang di Indonesia yang mau jadi atlet.
Menurut Anda, apakah beasiswa dan program pengembangan bagi atlet sudah cukup menarik minat masyarakat untuk jadi atlet?
Memang masih agak kurang menarik minat masyarakat. Kami masih perlu gencar dalam bekerja sama dengan pihak lain, contohnya media untuk mempromosikan dan menyosialisasikan bahwa atlet itu juga bisa memiliki masa depan cerah. Namun permasalahannya untuk menjadi atlet itu pilihan, seperti gambling. Sebagai atlet, yang dianggap juara itu kan hanya juara satunya, sedangkan juara dua itu bukan juara tetapi hanya runner–up.
Adakah harapan untuk pemerintah dan perkembangan atlet Indonesia secara umum?
Semoga pemerintah bisa lebih memperhatikan lagi cabang-cabang olahraga di Indonesia. Olahraga ini kan sifatnya sportif, berarti harus dijaga sportivitasnya dan jangan dicampuradukkan dengan urusan politik. Kami harus membenahi diri terlebih dahulu sebelum bisa mengajarkan yang di bawah. Pemerintah pada dasarnya harus bisa merangkul stakeholder seperti KONI dan lembaga lainnya. Perbedaan pendapat pasti ada, tetapi tujuannya harus sama. Pada intinya, jangan sampai olahraga ini dipolitisasi. Apalagi Indonesia akan menjadi tuan rumah SEA Games 2018 yang merupakan pekerjaan rumah yang cukup berat. Dalam hal ini, pemerintah harus mampu menyatukan berbagai organisasi, khususnya dalam bidang olahraga, sehingga dapat mengurangi potensi-potensi konflik yang mungkin terjadi ke depannya.
Profil
Nama : Taufik Hidayat
Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 10 Agustus 1981
Prestasi :
- Juara Brunei Open 1998
- 2 kali juara SEA Games (1999 dan 2007)
- 2 kali juara Asian Games (2002 dan 2006)
- 2 kali juara Thomas Cup (2000 dan 2002)
- Peraih medali emas Olimpiade Athena (2004)
- Juara Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis (2005)
- 6 kali juara Indonesia Open (1999, 2000, 2002, 2003, 2004, dan 2006)
Discussion about this post