Pagi itu, Rhaka terbangun di rumah sakit jiwa dengan tangan dan kaki terikat. Perasaan tidak tenang berkecamuk dalam dirinya, membuatnya berpikir tentang banyak hal. Ia bertanya-tanya apa tujuan hidup dan arti kehidupan itu sebenarnya. “Kalau tujuan hidup saya sebagai manusia di dunia hanya untuk uang, uang, dan uang sepertinya saya gak akan sebahagia itu,” ucapnya kepada dirinya sendiri.
Rhaka Ghanisatria, pria kelahiran Februari 1995 itu merupakan pendiri sebuah platform sosial bernama Menjadi Manusia. Ide awalnya adalah membuat suatu media dimana orang-orang yang bermasalah atau penyintas dapat didengar dan melihat kehidupan dari berbagai sudut pandang. Sejak awal berdirinya pada Juli 2018, Menjadi Manusia telah memiliki 686.000 pengikut di Instagram dan 440.000 pelanggan di YouTube.
Merasa tidak bahagia
Berangkat dari keresahan personal, Rhaka memiliki gangguan mental ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yang membuatnya tidak bisa fokus dan selalu mempertanyakan tentang banyak hal dalam hidup. Di tahun 2016, Rhaka memutuskan pergi ke psikolog dan psikiater setelah merasakan ada yang salah dalam dirinya. Setelah didiagnosa ADHD, ia pun diberikan beberapa obat oleh psikiater. Tetapi, setelah dikonsumsi, ia merasa obat tersebut malah menahan cara berpikirnya dan ketika efek obatnya habis, ia merasa semakin resah dan kembali memikirkan tentang banyak hal.
Pada saat yang sama, Rhaka mengenal narkoba jenis tembakau gorila. Menjadi pecandu hingga overdosis, ia akhirnya dilarikan ke rumah sakit jiwa dan dirawat selama dua minggu. Berhalusinasi hingga sleepwalking terus-menerus selama di RSJ adalah hal biasa baginya. Sampai ketika suatu pagi, ia terbangun dengan kondisi kedua tangan dan kakinya terikat. Pada saat itu, ia mulai bertanya lagi pada dirinya sendiri.
“Lo mau ngapain lagi sih Ka sama hidup lo? Dengan segala nikmat yang sudah Tuhan kasih kenapa lo gak bersyukur?” tanyanya dalam hati.
Hingga Rhaka keluar dari rumah sakit jiwa, ia tidak kunjung menemukan jawabannya. Ia pun kemudian berhenti dari bisnis foto studio yang selama ini ia jalani dan merasa walaupun bisnis itu menghasilkan profit, ada fulfillment atau kepuasan yang tidak bisa ia dapatkan —rasa bahagia. Jelas sekali bahwa ia tidak bahagia di sini. “Kalau tujuan hidup saya sebagai manusia di dunia hanya untuk uang, uang, dan uang sepertinya saya gak akan sebahagia itu,” tegasnya dalam hati.
Dari segala keterpurukan itu, Rhaka mencoba bangkit kembali. Dalam perjalanannya, ia mulai mengenal konsep bisnis social enterprise —sebuah bisnis yang tidak hanya mencari profit, tetapi juga membuat perubahan di sisi kemanusiaan. Akhirnya, ia menjual sahamnya di bisnis foto studio dan berjanji pada dirinya bahwa apapun bisnis yang ia buat selanjutnya, harus ada manfaatnya bagi masyarakat sekecil apapun itu.
Hingga akhirnya, Rhaka mendirikan platform sosial Menjadi Manusia dan berharap agar platform ini mampu menjadi wadah bagi orang-orang yang sedang bingung dengan hidupnya untuk tidak merasa sendiri dan tidak terjebak ke dalam masalah seperti dirinya di masa lalu.
Kebahagiaan yang tidak ternilai
Saat ini, Rhaka merasa bahwa telah ada fulfillment yang dicapai, ada kebahagiaan yang tidak ternilai oleh uang. Salah satunya saat ia menjadi pembicara di Universitas Gadjah Mada dan seseorang mendatanginya sambil menangis dan berkata, “kak Rhaka terima kasih! Waktu itu saya hampir bunuh diri, tetapi podcast Menjadi Manusia yang saya dengar entah bagaimana menghentikan saya dari bunuh diri,” ungkap orang tersebut.
Cerita lainnya datang dari seseorang yang positif terkena HIV, suatu virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Berawal dari salah satu episode Surat Untuk, salah satu konten di platform YouTube Menjadi Manusia, dimana terdapat seseorang dari Jawa Tengah yang mengirimkan surat untuk dirinya sendiri di masa lalu. Setelah surat tentang dirinya ditayangkan lewat video YouTube Menjadi Manusia, ia menulis komentar dan mengajak teman-teman yang juga positif HIV dan merasa bermasalah untuk dapat menghubunginya.
Tak disangka, komentarnya ini membawa dampak positif yang cukup besar. Dua minggu kemudian, orang itu mengirimkan pesan pada Rhaka dan mengatakan, “Mas Rhaka terima kasih ya, berkat kontennya itu sekarang akhirnya terbentuk grup pengidap HIV aktif di seluruh Indonesia,” ungkapnya dalam pesan singkat.
Tak berhenti sampai di situ, Rhaka merasa semakin bahagia setelah berhasil mencapai beberapa mimpinya yang lain. Salah satunya dengan menjadi pembicara di TEDx dan Kick Andy serta bertemu dengan idolanya, Najwa Shihab. Ia juga berhasil menjadi bagian dari YouTube Creators For Change Ambassador, duta bagi kreator YouTube yang membawa perubahan.
Rencana masa depan
Untuk menjadi manusia seutuhnya, Rhaka percaya ada tiga tahap yang harus dilalui, yakni acknowledge, connect, dan develop. “Pertama, kita harus sadar dulu kita adalah manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya,” ujarnya. Ia pun mencoba menyadarkan orang lain akan hal tersebut melalui konten yang ia buat lewat platform Menjadi Manusia.
Kedua, terhubung dengan orang lain. Bersama dengan tim Menjadi Manusia, ia membuat sebuah acara support group dengan kapasitas 50 orang, sementara pendaftar saat itu jumlahnya mencapai 350 orang. Awalnya ia merasa skeptis dan menganggap sangat sedikit orang Indonesia yang mau menceritakan masalahnya pada orang yang baru dikenal. Ternyata, 70% dari mereka menangis dan bercerita tentang banyak hal, seperti sexual harassment, ingin bunuh diri, dan lainnya. Dari situ, Rhaka menyimpulkan bahwa ketika seseorang punya masalah terkadang ia hanya butuh untuk didengar. Hal itulah yang ingin ia ciptakan.
Ketiga adalah pengembangan diri. Rhaka membuat sekolah Belajar Hidup yang masih dalam tahap pengembangan. Ia bekerja sama dengan life coach dan psikolog dalam menyusun silabusnya. Melalui program ini, Rhaka ingin mengajarkan tentang cara bangkit dari kegagalan, berdamai dengan patah hati, mencintai diri sendiri, dan hal lainnya.
Menjadi manusia seutuhnya
Rhaka memiliki seorang kakak yang menjadi panutannya, yaitu Rangga, seorang Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia tahun 2015. Rangga dikenal ambisius, ia pergi keliling dunia untuk lomba dan tidak pernah mengeluarkan uang untuk hal itu. Bahkan, di umurnya yang ke-21, ia mampu berangkat umrah dengan uangnya sendiri.
Terkagum akan kisah hidup Rangga, Rhaka mencoba membandingkan dirinya dengan kakaknya itu. Jika di umur 21 Rangga berangkat umrah, Rhaka malah menjadi pecandu narkoba dan masuk rumah sakit jiwa.
Sampai suatu ketika, Rhaka berhenti membandingkan hidupnya. Karena menurutnya, hidup bukanlah perlombaan. Mungkin ia memang lambat, tapi setiap orang memiliki kecepatannya masing-masing. Ia jatuh tapi ia mampu bangkit lagi, dan menurutnya semua orang adalah pemenang. Setiap orang punya warna dan maknanya masing-masing di dunia ini.
“Menjadi Manusia adalah proses yang tidak akan pernah berhenti. Hidup itu seperti roller coaster. Dan seperti logo Menjadi Manusia yang memiliki tanda koma, artinya kita jatuh, kita bangkit, dan kita buat koma baru, begitu terus sampai akhirnya kita mati dan berhenti.”
Ia juga mengajak orang lain untuk terus bermimpi dan berusaha menggapai mimpi tersebut. “Dan yang menarik dari kehidupan adalah ketika mimpi kita menjadi nyata. Bermimpilah setinggi-tingginya tapi berekspektasilah serendah-rendahnya. Karena segala sesuatu yang ditakdirkan untuk kita, pasti akan menjadi milik kita. Dan saya menikmati hidup saya yang sekarang dengan segala naik turunnya,” ucap Rhaka sambil tersenyum dan mengakhiri wawancaranya dengan Economica.
Editor: Rani Widyaningsih
Ilustrasi: Saffana Putri
Discussion about this post