Kurang lengkap perpolitikan Indonesia jika tanpa membawa istilah partai politik. Peran partai politik dalam mengusung calon pemimpin memiliki andil yang cukup signifikan dalam Pemilu. Di Indonesia, rasa-rasanya masih sulit menjadi pemenang politik dengan hanya mengandalkan kekuatan pribadi tanpa dukungan dari pihak manapun. Tidak hanya dipersulit oleh KPU dalam menyalonkan diri, tetapi juga faktanya, pasangan independen terakhir menang pada 2020 dan 2015, satu tahun masing-masing banding banyaknya daerah yang melaksanakan pilkada. Oleh karena itu, kekuatan partai politik menjadi kekuatan nyata dalam pemilihan umum.
Pada dunia perkuliahan, terdengar desas-desus bahwa terdapat miniatur dari sistem partai politik hingga sistem pemilihan pemimpin di organisasi mahasiswa. Uniknya lagi, organisasi ini tidak didirikan di dalam kampus.
Pengaruh keberadaan organisasi mahasiswa ekstra kampus (ormek) memiliki pengaruh yang penting dalam pemilihan calon pemimpin di sebuah organisasi kampus, misalnya ketua BEM. Ormek dapat memberikan dukungan massa yang terdiri dari para kadernya. Setujukah anda dengan sistem ini?
Pernyataan tersebut mengawali kisah Bedul sebagai mahasiswa baru (maba) di Universitas Airlangga (Unair). Mari kita simak perjalanannya, seorang kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Membuka tirai kisah, menggali tantangan dan kesempatan dalam perpolitikan mahasiswa.
New World, Bedul’s Going to Conquer
Bedul menapaki kaki sebagai maba di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga pada tahun 2020 silam. Awalnya, ia mengabaikan hiruk-pikuk ajakan ormek. Bayangan berupa kesibukan online meeting memenuhi persepsinya atas kegiatan ormek.
Meskipun kawan-kawannya telah memilih dan menawarkan pintu ormek andalan mereka sejak langkah awal sebagai maba kepada Bedul, Ia lebih memilih untuk terjun sebagai staf Badan Eksekutif Mahasiswa Unair secara mandiri. Bukan hanya BEM, melainkan juga HIMA dan BSO. Sebab, di sanalah berbagai kegiatan yang diharapkannya lebih konkret daripada sekadar pertemuan maya.
Namun, kala berkecimpung di BEM, terbuka pintu rahasia bahwa eksistensi fungsionarisnya tak terlepas dari bayang-bayang ormek. Sentuhan dominan dari salah satu ormek merayu hati Bedul untuk bergabung ke perkumpulan itu.
Apalagi, Bedul sudah mengidamkan menjadi pion penggerak di ranah kampusnya sejak mahasiswa baru. Terukirlah ambisi menjadi anggota ormek demi menggapai impian tersebut.
Ia mulai merambah rimbunnya informasi mengenai ormek, terutama yang hadir di kulit Unair, seperti HMI, PMII, GMNI, dan IMM. Di sana, ia menemukan bahwa keempatnya memiliki perbedaan sekaligus kemiripan dalam ideologi dan latar belakang pendirian.
Seiring Bedul mencari informasi, ia memilih satu untuk membantu melangkah dalam karier idamannya, yakni HMI. Dibanding yang lain, frekuensi rekan-rekan HMI layaknya lantunan nada yang paling serasi dan melodi satu dengan Bedul.
Walaupun tidak dijanjikan wujud yang spesifik oleh HMI, Bedul percaya bahwa untuk meniti jalan karier pasca kampus, perlu mencari jejaring di berbagai wilayah secara demografis. Prinsip “orang lebih percaya lu kalau udah kenal lu” ia pegang sebisa mungkin.
Kader Awal
Sebagai mahasiswa tahun kedua, Bedul memasuki barisan HMI sebagai kader yang terlibat dalam rangkaian seremoni layaknya kader pada umumnya. Bedul mengikuti kegiatan kaderisasi seperti mengenal inti hati organisasi, penajaman sisi akademis, dan kelas kepemimpinan. Di sela-sela itu, Bedul dihujani nilai-nilai dasar perjuangan dan ideologi melalui dialog dan diskusi, serta membangun tali persaudaraan.
Pada tahun kedua keanggotaan, Bedul menyatakan minat untuk meneruskan tongkat kepengurusan dari para seniornya. Terpajanglah namanya sebagai salah satu kepala di HMI Unair. Melalui itu, Bedul bertanggungjawab atas teknis di lapangan seperti mobilisasi kader, memacu gelombang massa, dan melaksanakan kegiatan internal. Intinya, otak dalang dari pergerakan HMI di Unair ketika itu.
Tidak hanya itu, Bedul menembus garis yang membedakan antara kader yang bertekad dan kader pada tingkat awal. Ia menjadi ketua dalam salah satu partai politik mahasiswa. Namun, takdir (baca: hasil pemira) tidak meluluskannya dalam kursi kepemimpinan di fakultasnya.
Keseriusan dan Kesempatan
Bedul mengikuti ormek untuk memahat jenjang kariernya. Lagi, salah satu indikasi sukses dalam berkarier adalah curriculum vitae yang terisi. Namun, tidak menutup kemungkinan terjalin kemudahan atas dukungan rekan.
Bedul menerima kenyataan bahwa calon tanpa dukungan massa akan kalah saing dengan mereka yang memiliki mesin pendorong. Sudah teramat jelas baginya, dalam pertempuran suara, seorang calon netral akan tenggelam dalam riak suara.
Bedul beranggapan, dibanding ormek lainnya, HMI memiliki setumpuk koneksi melalui alumni, tetapi tidak berarti ormek lain tidak sekuat itu.
HIPMI, himpunan pengusaha muda indonesia, menjadi karier selanjutnya dimana ia dapat mempelajari permodalan dan pemasaran. Two birds one stone, Bedul dapat memperkaya CV dengan peran HMI yang aktif dalam kegiatan kepemimpinan dan HIPMI dalam kegiatan wirausaha.
Namun, benarkah HMI sesuai yang diincarnya? Sebuah wadah yang dapat mengembangkan dirinya hingga lantas menjadi seorang pemimpin? Sesuai yang dirasakan Bedul, sudah cocok. Tidak beda jauh dengan nilai awalnya, nilai keislaman yang dirasa Bedul juga masih kental.
Rencana Bedul Kedepannya
Tiga tahun berlalu, Bedul hampir menyelesaikan perjalanan di HMI, uluran tangan para alumni HMI mengajaknya ke bangku Korps Alumni HMI. Mengakui kekalahan dalam meraih posisi teratas keorganisasian mahasiswa, Bedul tetap mencari jalan lain dalam menyusun cerita hidupnya.
Begitu lulus dari pegangan kampus, Bedul memasuki medan profesional berbekal pengalaman berkoneksi di HIPMI. Bedul berharap dapat menjadi profesional ketika kelak terjun ke dunia usaha dan mampu mencari kawan-kawan usaha yang kredibel.
Tak jauh dari jejak perjalanan HMI, terbentang cita-cita Bedul untuk menjadi ahli politik atau jurnalis. Ia bertekad membangun dirinya menjadi seorang tokoh yang memahat pengaruh dalam jagat perpolitikan tanah air.
Realisasi Efek Ormek pada Kader Bedul
Dalam redupnya langkah tanpa pasak ormek, sungguhlah teruji betapa kuatnya getaran ormek di jantung organisasi kampus. Alasan itulah yang menggerakkan Bedul untuk mengikatkan dirinya ke dalamnya.
Berawal ingin menancapkan tiang yang mengalirkan tekadnya menuju puncak pengaruh mahasiswa kampus, kini Bedul tahu bahwa HMI memang sesuai dengan pembangunan karakternya.
Menurut Saudara, apakah kisah Bedul memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi di Universitas Indonesia? Apakah menurut anda, cerita di kampus lain ataupun melalui ormek lain akan memiliki kisah yang sama?
Illustrator dan Editor: Tim MR In-depth
Discussion about this post