Pendahuluan
Machiavelli, seorang politikus pada masa Renaisans pernah menuliskan bahwa sulit untuk menjadi orang yang dicintai dan ditakuti secara bersamaan dan apabila harus memilih, menjadi orang yang ditakuti lebih terasa aman dibandingkan dicintai. Kutipan yang berasal dari buku The Prince ini cukup populer dan memang sesuai dengan keadaan pada masa itu. Untuk mempertahankan atau merebut posisi serta wilayah kekuasaannya, seorang pemimpin harus berani menciptakan suatu konflik. Reputasi yang dimiliki oleh salah satu pihak akan sangat memengaruhi bagaimana terjadinya suatu konflik. Dalam konteks konflik yang terjadi dalam suatu negara, Jia & Liang (2014) menemukan bahwa kesuksesan kudeta atau pemberontakan dalam suatu negara dipengaruhi oleh seberapa takutnya warga terhadap rezim pemerintahan yang baru apabila dibandingkan dengan rezim pemerintahan yang lama. Hal ini menunjukkan pentingnya dukungan masyarakat luas dalam mewujudkan kemenangan dalam suatu negara.
Dalam penelitian ini, peneliti menciptakan kerangka baru untuk mengevaluasi skenario yang terjadi dalam suatu konflik. Kedua pihak yang berkonflik dapat memperoleh surplus yang diperoleh dari para pengamat selama dua periode. Surplus yang mungkin diperoleh ini tidak diperoleh berdasarkan kemampuan kedua pihak, melainkan berdasarkan bagaimana para pengamat melihat seberapa mengintimidasinya pihak yang satu dibandingkan pihak lainnya. Dalam setiap periode, kedua pihak dapat memilih apakah mereka ingin menyerang atau tidak. Apabila tidak ada yang menyerang, maka kedamaian akan berlangsung. Namun, apabila salah satu atau kedua pihak memutuskan untuk menyerang, maka akan terjadi konflik. Penelitian ini akan membandingkan dua struktur informasi, yaitu pada saat kedua pihak tidak mengetahui kemampuan yang dimiliki dan pada saat informasi kemampuan yang dimiliki oleh setiap pihak bersifat privat.
Metodologi Penelitian
Kedua pihak, k{i,j}, berbagi sebuah surplus, St{0,1} dalam dua periode. Mereka dapat menjadi kuat (k=1) atau lemah (k=0). Pengamat tidak mengetahui kemampuan dari kedua pihak dan mereka menilai berdasarkan reputasi kedua pihak. Dalam periode ini, mereka dapat memilih untuk menyerang saingannya (atk=1) atau tidak (atk=1). Apabila salah satu pihak menyerang, maka akan terjadi konflik yang akan mengubah surplus pada periode tersebut dan memungkinkankita untuk melihat siapa yang menang dan kalah. Probabilitas kemenangan salah satu pihak tergantung bagaimana kemampuannya apabila dibandingkan dengan pihak lainnya.
Walaupun konflik mengubah surplus yang ada, tapi konflik dapat menjadi sinyal bagi para pengamat untuk mengetahui kemampuan kedua pihak. Diasumsikan bahwa pengamat tidak dapat mengobservasi siapa yang memulai konflik terlebih dahulu, akan tetapi ia mampu mengobservasi hasil dari konflik tersebut. Dengan mengetahui nilai prior reputation, t-1k, pengamat dapat mengembangkan interim reputation dengan menggunakan Bayes’ rules. Karena kemenangan memiliki korelasi positif dengan kekuatan, maka reputasi pemenang juga akan meningkat. Kemudian, pengamat dapat mengembangkan posterior reputation t-1k dengan menggunakan Bayes’ rules. Proporsi surplus yang diterima oleh pihak i pada periode t ditentukan berdasarkan sharing rule, (ti,tj)[0,1]. Sharing rule ini akan dianggap sebagai variabel eksogen dan pengetahuan umum. diasumsikan simetris, efisien, dan memberikan keuntungan bagi reputasi.
Hasil Penelitian
Keseimbangan dalam model ini hanya dapat terbentuk apabila:
- Dalam setiap periode strategi kedua pihak memaksimalkan hasil yang diharapkan:
- Kedua pihak dan pengamat membentuk posterior reputation dengan menggunakan Bayes’ rules sesuai dengan strategi kedua pihak.
Preposisi 1 (Pivotal Attacks): Berdasarkan sharing rule dan struktur informasi yang ada, maka kedua pihak dapat memilih untuk menyerang atau tidak pada setiap periode dengan melihat apakah mereka akan mengalami agency problem dan apakah lawan mereka akan menyerang atau tidak.
Dampak 1: Konflik hanya akan terjadi pada periode kedua sebagai dampak dari agency problem.
Preposisi 2 (Hanya 1 Pihak yang Menyerang): Berdasarkan sharing rule dan struktur informasi yang ada, maka apabila salah satu pihak memutuskan untuk menyerang dengan probabilitas positif, maka lawannya akan memilih untuk tidak menyerang terlepas dari kemampuan lawan.
Dampak 2: Pihak dengan reputasi yang lebih baik (lebih lemah) akan memilih untuk tidak menyerang apabila tidak terjadi konflik dalam periode pertama
Preposisi 3 (Membuktikan pandangan orang lain salah): Untuk mencapai progress yang lebih jauh, kita perlu berasumsi kedua belah pihak tidak mengetahui kemampuan yang mereka punya. Karena itu, mereka tidak mengetahui pihak mana yang sedang dalam kondisi kuat maupun lemah. Dengan begitu, informasi yang ada hanyalah reputasi setiap pihak dari periode sebelumnya.
Dampak 3: Ketika masing-masing pihak tidak mengetahui kemampuannya, kemungkinan tercapainya perdamaian menjadi lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi karena setiap pihak tidak bisa mengambil aksi penyerangan tanpa mengetahui kondisi kemampuan lawannya. Namun, pihak yang memiliki reputasi lebih lemah di periode sebelumnya memiliki kecenderungan untuk berusaha membuktikan bahwa pandangan orang-orang terhadap kelompoknya itu salah. Pihak inilah yang akan berpotensi memulai penyerangan terhadap pihak lain yang memiliki reputasi lebih tinggi di periode sebelumnya untuk menaikkan reputasinya.
Preposisi 4 (Konflik sebagai tanda ketangguhan) : Ketika setiap pihak mengetahui kemampuannya, kemungkinan konflik terjadi menjadi lebih besar sehingga kemungkinan tercapainya kedamaian akan makin kecil. Jika diketahui kondisi yang dimiliki sedang kuat, mereka akan memiliki keyakinan yang lebih tinggi untuk memenangkan konflik, begitu juga sebaliknya.
Dampak 4: Dalam kondisi ini, konflik dipicu oleh ekspektasi dari populasi pihak kuat untuk ekspansi wilayah. Jika ekspektasi ini tidak terpenuhi, akan memengaruhi reputasi sebuah pihak. Karena itu, jika masing-masing pihak mengetahui kemampuannya, konflik cenderung dimulai oleh pihak yang kuat untuk semakin meningkatkan reputasi mereka.
Preposisi 5 (Less Conflict to Prove People Wrong) : setiap kelompok mengetahui kemampuannya masing-masing, baik kuat maupun lemah.
Dampak 5 : kemungkinan untuk membuktikan diri dari penyerangan pihak yang lemah akan makin kecil karena mereka telah meyakini bahwa probabilitas untuk menang tidak besar.
Kesimpulan
Konflik digunakan untuk menunjukan tingkat kemampuan suatu kelompok/partai. Reputasi kelompok yang menakutkan membawa loyalitas populasi yang lebih luas. Makin luas wilayah kekuasaan, maka akan mendatangkan tingkat sewa yang lebih tinggi dan tentunya menguntungkan bagi kelompok tersebut. Karena itu, pihak yang memiliki reputasi kurang baik akan terdorong untuk melakukan penyerangan dengan motivasi untuk memperbaiki reputasi dengan memenangkan suatu konflik. Sedangkan, pihak dengan wilayah kekuasaan luas sebenarnya tidak memiliki motivasi yang kuat untuk memulai konflik karena kondisinya yang sudah mapan. Terkadang, populasi berharap pemimpin mereka melakukan penyerangan untuk mengekspansi wilayah. Namun, apabila hal ini dilakukan, sebuah kelompok malah akan kehilangan sebagian loyalitas populasinya. Reputasi sangat penting bagi sebuah kelompok karena hal itu akan menentukan luas wilayah kekuasaannya. Makin luas kekuasaan, maka akan makin tinggi tingkat sewa di wilayahnya dan akan terjadi surplus pendapatan. Surplus ini natinya akan mempercepat pengembangan kemampuan kelompok di masa depan.
Reviewed from: Long, I. W. (2015). Better feared than loved: Reputations and the motives for conflict. Journal of Economic Behavior & Organization, 114, 46-61.
Editor: Phylicia Febian, Daffa Dzakwan Jamal, dan Nurul Sekararum
Ilustrasi oleh Fadhli Rahman
Discussion about this post